Mereka adalah Anisa Prasetyo, Cakra Wijaya K R, Pratama Yuli A, Rahmat Diko E yang menyebut Flying Dutchman kapal perang ini. "Dalam pengoperasiannya, kapal ini dapat melakukan penyergapan tanpa diketahui oleh musuh. Persis seperti Flying Dutchman, mitos kapal hantu Belanda," ujar Anisa Prasetyo, ketua tim.
Pria yang akrab disapa Apras ini mengatakan, kapal perang buatannya adalah gabungan dari konsep kapal trimaran (berlambung tiga, reds) dengan pesawat yang memanfaatkan ground effect (bantalan udara yang terbentuk karena interaksi aerodinamik antara sayap dan badan kapal dengan permukaan).
Kapal trimaran sendiri memiliki stabilitas yang tinggi dibanding kapal berlambung satu sehingga mampu bertahan di cuaca buruk. Sedangkan tambahan konsep kapal wing in surface effect memungkinkan kapal dapat terbang rendah di atas permukaan air dan darat.
"Dibanding dengan kapal-kapal perang sebelumnya, mesin Flying Dutchman ini lebih optimal sehingga mampu menggerakkan kapal dengan kecepatan yang tinggi. Selain itu, kapal ini dapat terbang dengan kecepatan 200 knot," jelas mahasiswa jurusan teknik perkapalan ITS ini. Menurutnya, dengan spesifikasi kapal perang seperti ini dapat mempermudah pengamanan teritorial laut Indonesia.
Dikatakan Apras, riset kapal perang ini sudah mencapai tahap preliminary desain, akhir pembuatan prototipe, dan pengujian prototipe. Riset yang akan dilakukan selanjutnya adalah proses optimalisasi desain untuk meningkatkan performa kapal dan proses pengoptimalan persenjataan.
Kapal ini dipersenjatai dengan Kanon Kaliber 12.7 mm dan roket FFAR (rudal anti kapal). "Sebenarnya masih banyak riset yang harus dilakukan agar menjadi kapal siap digunakan," ungkapnya.
Penelitan yang telah dilakukan tim ini membutuhkan biaya yang tidak sedikit, bahkan Apras mengatakan timnya harus mengeluarkan dana pribadi untuk riset. “Selain itu kami juga harus meminjam beberapa peralatan milik jurusan Teknik Perkapalan ITS,†tambahnya.
Namun demikian, menurut Apras para dosen sangat mendukung adanya inovasi yang diciptakannya ini. "Kami juga telah menghubungi bagian penelitian TNI AL untuk berdiskusi lebih lanjut minggu depan," katanya.
Untuk selanjutnya, tim ini akan melalui proses seleksi untuk mengikuti perlombaan Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (PIMNAS) di Bogor, berharap karyanya dapat dikembangkan dan diimplementasikan sebagai alternatif baru dalam menjaga teritorial laut Indonesia. "Selain itu tentunya kami juga berharap bisa menjuarai PIMNAS XXIX," harapnya. (yan/oti)