ITS News

Selasa, 19 Agustus 2025
02 September 2016, 17:09

ITS Akan Tambah Tiga Guru Besar

Oleh : Dadang ITS | | Source : -
Ketiga guru besar yang akan dilantik tersebut berasal dari jurusan  yang berbeda. Bahkan, Aulia merupakan profesor perempuan pertama pada pendidikan teknik fisika di Indonesia. Uniknya lagi, meski keilmuan teknik fisika selama ini banyak diterapkan di bidang industri, Aulia ternyata memilih untuk berkontribusi lebih dalam bidang pembangunan maritim di Indonesia.
"Saya menggeluti bidang pengendalian kelautan sejak 2004, sehingga hampir semua penelitian dan paper yang saya buat tentang kelautan,” jelas Aulia. Tak heran, wanita yang berasal dari Magetan ini merupakan lulusan S1 dari jurusan Teknik Fisika, S2 dari jurusan Teknik Elektro, dan kemudian meraih gelar doktor dari jurusan Teknik Kelautan. Ketiga jenjang tersebut ia tempuh di ITS.
Saat ini, Aulia sedang fokus pada tiga penelitian yang ia kembangkan. Salah satunya adalah penelitian tentang Buoy Weather. Alat ini memungkinkan nelayan memperoleh informasi tentang cuaca laut secara real time melalui SMS. "Selama ini sudah ada penelitian tapi berbasis aplikasi dan website, sehingga tidak semua nelayan bisa menggunakannya,” ujar Aulia.
Aulia yang tergabung dalam tim Konsorsium Kapal Perang Nasional ini pun turut andil dalam mengembangkan sistem kendali kapal perang Indonesia. Bersama seorang rekannya, ia juga sedang merancang semua perangkat lunak auto-pilot untuk kapal-kapal buatan Indonesia yang diberi nama Monitoring and Control Sea Transportation (MCST).
Menurut Aulia, MCST akan sangat berguna bagi kapal yang menempuh jarak jauh. "Selain itu, bisa juga untuk menggantikan peran kapal pandu karena adanya automatic identification system yang mengirim informasi posisi kapal secara real time ke darat,” ujar wanita kelahiran 16 Januari 1966 tersebut.
Selain Aulia, ada Kuswandi yang diangkat sebagai profesor ke 14 dari Jurusan Teknik Kimia ITS. Dalam orasi ilmiahnya, Kuswandi akan menyampaikan tentang aplikasi kesetimbangan fase dalam berbagai satuan operasi teknik kimia. "Saya mengembangkan penelitian ini selama tiga tahun sejak 1997 lalu, kala menempuh pendidikan S2 dan S3 di Prancis,” jelas pria kelahiran tahun 1958 ini.
Menurut Kuswandi, penelitiannya merupakan metode baru untuk menyetimbangkan fase guna meningkatkan kemurnian zat. Data yang diperoleh kemudian akan dianalisis untuk merancang alat yang dibutuhkan oleh dunia industri.
Dibandingkan dengan metode lain, lanjut Kuswandi, metode hasil penelitiannya tersebut dapat meningkatkan kemurnian zat lebih tinggi. Tak heran, metodenya sudah kerap diaplikasikan di berbagai sektor industri. "Beberapa di antaranya adalah pada industri gas alam dan minyak astiri,” ujarnya.
Di sisi lain, Sigit akan dikukuhkan sebagai salah satu guru besar dalam bidang ilmu struktur beton. Dosen Jurusan Diploma Teknik Sipil ITS ini juga sedang disibukkan dengan penelitian mengenai masalah struktur beton bertulang di air laut. Ia pun menawarkan beton geopolimer sebagai solusi mengatasi masalah korosi beton di air lait.
Menurut Sigit, selama ini beton yang dibuat dari semen dengan proses hidrasi umumnya mudah retak sehingga mengakibatkan zat penyebab korosi lebih cepat masuk. "Sedangkan beton geopolimer dibuat dengan proses polimerisasi menggunakan abu terbang, yakni limbah industri pembangkit listrik,” tuturnya.
Sayangnya, di Indoensia, abu terbang saat ini masih dikategorikan sebagai limbah. Sigit pun mengaku sedang berusaha untuk mengusulkan kepada pemerintah agar menghapus peraturan tersebut. Selain itu, Sigit juga sedang mengembangkan penelitian untuk mengatasi kendala waktu pengikatan abu terbang yang sebentar. "Tak heran, saat ini penelitian hanya bisa dilakukan dalam skala laboratorium dan belum bisa dibuat massal,” pungkas Sigit. (ayi)

Berita Terkait