ITS News

Kamis, 14 November 2024
15 Oktober 2016, 02:10

Menolak Lupa 15 Oktober (?)

Oleh : Dadang ITS | | Source : -

Belum lagi data dari World Conservation Society-Indonesian Program (WCS-IP) menyebutkan dari data Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam (PHKA), Indonesia mengalami kerugian lebih dari Rp 9 Triliun per tahun akibat perburuan dan perdagangan satwa liar dilindungi.

Nilai perdagangan ilegal satwa liar itu, ujar Adnun Salampessy, staf peneliti, seluruh dunia jauh lebih mencengangkan, yaitu berkisar US$ 10-20 miiliar per tahun. Nilai ini merupakan terbesar kedua setelah bisnis narkoba.

Apa respon kita pertama kali ketika mendengar data yang disebutkan oleh lembaga independen non profit berjaringan internasional yang bergerak dibidang perlindungan hutan dan satwa liar itu? Sedih? Marah? B (Biasa,red) aja? Atau mengutuk?

Alih-alih hanya bersimpati kepada data di atas, ternyata di sekitar pun masih kerap kita temui di sekeliling banyaknya ketidakmoralan kepada hewan ini. Contoh kecil adalah pernah kah kita melihat topeng monyet yang ditemui di jalanan? Atau melihat pertunjukan hewan yang diekploitasi atau nama pencitraannya adalah sirkus?

Faktanya Adalah…

Mereka sama-sama memperdagangkan meski hanya jasa dari satwa atau hewan yang mereka latih untuk kepentingan perut pribadi si pemilik bisnis sirkus dan topeng monyet itu.

Kenapa saya menyebutkan kepentingan perut pribadi? Karena kebutuhan hidup hewan saya yakin dan sebenarnya hanya makan, tidur dan kebutuhan biologis lain. Tidak pernah kan kita melihat hewan harus belanja di Mall beli tas terbaru merek Prada atau motor keluaran terbaru merek Honda? Mereka hanya butuh makan.

Lagi pula, sesungguhnya Tuhan sudah menetapkan rejeki bagi hewan itu sendiri. Bagi mereka (hewan,red) makan sudah cukup memenuhi kebutuhan sehari-hari mereka dan saya yakin hewan-hewan yang diekploitasi dari sirkus dan topeng monyet itu, mereka bisa mencari makan sendiri karena Tuhan sudah menyediakan rejeki untuk hewan itu.

Dan saya yakin, data di paragraf atas pun tidak memasukkan data ekploitasi hewan yang di sirkus atau di topeng monyet jika dimasukkan angkanya pasti akan bertambah lebih.

Lalu ada apa dengan cinta (?) maksud saya, ada apa dengan hari ini atau 15 Oktober? 15 Oktober ternyata diperingati sebagai Hari Hak Asasi Hewan atau Binatang. Memang terdengar aneh, tapi mengapa hak hidup binatang harusnya dilindungi?

Di tengah sederetan pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM) di Indonesia, para pejuang lingkungan hidup juga menyuarakan aspirasinya agar masyarakat Indonesia menghormati hak asasi binatang, melindungi hak hidup binatang.

Dunia internasional juga menunjukkan perhatian terhadap perlindungan hak hidup binatang seperti sudah banyaknya lembaga non-profit yang saya sebutkan di paragraf atas yang memerjuangkan hak hewan. Terbukti Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) telah menetapkan salah satu hari yakni tanggal 15 Oktober sebagai hari Hak Asasi Hewan. Melindungi hak asasi manusia sangat penting dilakukan oleh semua orang tetapi melindungi hak hidup binatang juga penting.

Masalahnya….

Perlakuan manusia terhadap hewan telah menyebabkan kepunahan pada beberapa spesies binatang di muka bumi. Salah satu contohnya adalah di Bali. Sejarah mencatat, di Bali pernah hidup Panthera Tigris Balica atau Harimau Bali, salah satu dari tiga sub-spesies harimau di Indonesia bersama dengan Harimau Jawa yang telah punah dan Harimau Sumatera yang kini juga terancam punah.

27 September 1937 adalah Hari di mana Harimau Bali Punah karena kehilangan habitat dan perburuan. Masyarakat Bali menamainya Samong dan merupakan kekayaan hayati Bali yang tak ternilai harganya. Samong adalah harimau terkecil di dunia dan hanya terdapat di Bali. Samong jantan beratnya antara 90 sampai 100 kilogram sedangkan samong betina beratnya antara 65 sampai 80 kilogram. Harimau Bali terakhir yang diambil gambarnya adalah yang ditembak mati tahun 1925 di Sumbar Kima Bali Barat.

Begitu banyak ketidakmoralan yang telah manusia lakukan kepada hewan. Tetapi, ada satu lagi bentuk ketidakmoralan kepada hewan yang jarang kita sadari meski ini masih tergolong rendah.

Pernah melihat kucing? Coba di antara kita siapa yang setiap ada kucing mendekat lalu diberi makan? Hmm…boro-boro memberi makan mungkin di antara kita malah seringnya mengusir atau menendang kucing itu. Bukankah kucing juga termasuk hewan?

Selain itu, tidak hanya kucing, contoh lain adalah siapa di antara kita yang menjadikan burung sebagai hewan peliharaan di Rumah? Tolong yang pria jangan negatif thinking terlebih dahulu. Nggak ada alasan kita melihara burung untuk tujuan sosial. Burung habitatnya di luar masbro bukan dikurung di kandang.

Soal burung, lagi-lagi, mereka nggak perlu kita rawat dan kasih makan dengan cara dikurung dalam kandang kalau hanya sekedar sebagai hobi untuk menikmati bulu indah dan nyanyian merdunya. Burung default-nya pergi pagi mencari makan, saat sore dia sudah dalam posisi kenyang.

Ngomong-ngomong semua hewan itu termasuk dilindungi loh. Walau tidak dilindungi secara hukum, tapi Tuhan adalah pelindung hewan itu. Ketika kita menyakiti hewan maka sama saja kita menyakiti penciptanya.

Kita tidak perlu mengirimkan donasi untuk membantu lembaga non-profit itu untuk terus menyuarakan hak para hewan di luar sana walau jika kita memiliki rejeki berlebih kita patut mendonasikan. Tapi yang lebih penting adalah memulai dengan aksi nyata yang ada di lingkungan kita. Apa salah satunya?

Apa Yang Harus Kita Lakukan?

Pertama, berusahalah baik kepada semua hewan di Dunia ini. Ya, termasuk kucing, burung, anjing atau hewan lain yang sering bersinggungan dengan masyarakat. Berusaha baik dengan cara minimal memberi mereka makan jika mereka tiba-tiba mendekat kepada kita. Khusus untuk burung, jika kita mempunyai burung yang kita jadikan peliharaan di rumah segeralah bebaskan dia. Apalagi jika burung yang kita kurung itu sendirian atau jomblo. Betapa jahatnya kita menjadi penghalang sang burung bertemu pasangannya. Bukankah Tuhan menciptakan setiap makhluk hidup berpasangan, termasuk sang burung?

Kedua, kembalilah ke nomor pertama. Berlatihlah. Jadikanlah hewan sebagai teman, sebagai sesama ciptaan Tuhan. Berilah hewan hak mereka, yaitu menjadikan mereka bukan sebagai objek atau properti. Bahkan, saya masih menyangsikan dengan peneliti dari kalangan biologi yang menjadikan objek penelitian walau saya tahu mungkin sebagian mereka terpaksa. Semoga di tahun mendatang hal itu bisa dihindari dengan kemajuan teknologi yaitu Augmented Reality pada bidang penelitian hewan sehingga mereka tidak perlu membredel perut hewan hanya untuk kehausan akan ilmu pengetahuan.

Ketiga, stop menonton sirkus dan topeng monyet apalagi menonton sinetron salah satu tv swasta yang ada nama hewannya. Pendapatan utama sirkus adalah dari penontonnya, jika penontonnya sudah tidak ada maka lambat laun sirkus itu pasti tutup. Lalu bagaimana dengan pendapat si pengelola sirkus? Tak perlu ragu jika hewan saja dijamin rejekinya apalagi si pengelola sirkus.

Mulai sekarang berempati lah pada hewan, bukan sekedar bersimpati apalagi klik like, share dan ketik aamiin. Selamat Hari Hak Asasi Binatang! Menolak lupa 15 Oktober!

 
Irvan Cendickya Wira’artha

Mahasiswa Manajemen Bisnis 2013

Koordinator Liputan ITS Online

Pecinta Kucing dan Hewan Lainnya

Berita Terkait

ITS Media Center > Opini > Menolak Lupa 15 Oktober (?)