ITS News

Jumat, 27 September 2024
19 November 2016, 16:11

Sihir Pengunjung ITS Expo dengan Permainan Angklung

Oleh : Dadang ITS | | Source : -

Begitu khidmat dan haru, penampilan anak-anak Yayasan Pembinaan Anak Cacat (YPAC) kontan dibanjiri riuh tepuk tangan penonton. Pasalnya tak hanya menyanyi, 18 difabel yang tergabung dalam Sekolah Budaya ITS Expo ini juga ditantang memainkan angklung untuk pertama kalinya. Berkolaborasi dengan House of Angklung Surabaya, lagu Laskar Pelangi pun berhasil dituntaskannya dengan gemilang.

"Mereka benar-benar melawan keterbatasan. Meski mengaku sakit dan kesulitan memainkan angklung tapi adek-adek ini tetap bersemangat dan ingin menunjukkan bahwa mereka bisa," ujar Khonsa Rofifah, penanggungjawab Sekolah Budaya.
Perempuan yang akrab disapa Ofi ini menjelaskan Sekolah Budaya merupakan sub-event ITS Expo sekaligus wadah pengabdian yang diharapkan berdampak langsung ke masyarakat. Tahun ini, Sekolah Budaya menyasar anak-anak berkebutuhan khusus untuk dibekali ilmu dan pengalaman utamanya di bidang musik.
"Pas dengan tema ITS Expo tahun ini, Ekspresi Optimisme. Kami ingin membuat anak-anak difabel bisa lebih optimis lagi menatap masa depan sekaligus menggugah penonton untuk selalu bersyukur atas segala pemberian Tuhan," tambahnya.
Menghabiskan waktu dua bulan untuk mengajar, Ofi mengaku awalnya pesimis menyaksikan kondisi peserta ketika dipaksa untuk bermain angklung. Pasalnya tak hanya kesulitan fokus, beberapa di antara mereka juga hiperaktif dan susah dikontrol sehingga membutuhkan pendampingan secara langsung.
"Kalau tidak, mereka akan asik sendiri dengan angklung mereka atau bahkan berlarian ke sana kemari dan saling lempar sepatu," ungkapnya sambil tertawa.
Tak hanya itu, kesulitan motorik dan intelegensia pun menuntut panitia untuk bekerja ekstra. Sebab tak jarang juga yang menolak pendampingan karena merasa sanggup bermain sendiri. Meski begitu, kemampuan para difabel yang cepat belajar rupanya sangat membantu perkembangan permainan angklung mereka.

Kesempatan untuk Menginspirasi
Antusias dengan segala hal baru yang ditemuinya membuat anak-anak difabel YPAC berkembang pesat. Ofi memaparkan bahwa kebiasaan orang untuk memandang mereka dari segi belas kasihan justru akan membuat mereka manja dan tidak mandiri.
"Yang mereka perlukan hanya kesempatan untuk menginspirasi orang lain," papar mahasiswi Teknik Lingkungan ini.
Ofi mengaku ajang ini sekaligus menjadi wadah pemberdayaan yang diharapkan mampu meningkatkan motorik dan rangsang otak bagi para difabel agar lebih fokus dan tanggap dalam melakukan aktvitas sehari-hari. "Mereka benar-benar berhasil mencuri hati setiap orang yang melihatnya. Mereka sukses menampilkan yang terbaik," pungkas Ofi menghela nafas. (arn/hil)

Berita Terkait