AIPI merupakan organisasi para peneliti yang diinisiasi oleh Presiden ketiga Indonesia, Prof BJ Habibie. Penerimaan anggotanya dilakukan berdasarkan seleksi ketat, dan disahkan secara resmi oleh Presiden Republik Indonesia.
Meski dikenal sulit ditembus, nyatanya salah satu dosen ITS berhasil menjadi anggota resmi AIPI pada mei 2015 silam.
Dosen ITS yang kerap dipanggil Ikap itu sejak remaja memiliki ketertarikan besar dalam dunia perkapalan, sehingga ia mantapkan langkahnya pada Jurusan Teknik perkapalan ITS pada tahun 1986. Fokusan yang Ikap ambil meliputi perancangan kapal, ketahanan dan tenaga kapal, pendidikan maritim, serta hukum maritim.
Sehabis menyelesaikan pendidikan sarjananya, ia pun menjadi dosen pengajar di jurusan yang sama. Tak lama kemudian, ia memilih melanjutkan pendidikannya magister dan doktoral di Universitas Southampton, Inggris.
Selain bekerja sebagai dosen pengajar di ITS, pria kelahiran Denpasar itu menduduki beberapa posisi strategis seperti menjadi Honorary Secretary di The Royal Institution of Naval Architecture (RINA) dan menjadi Co-Founder RINA Indonesia pada tahun 2005. "RINA merupakan lembaga perkapalan terbesar di dunia dan berpusat di kota London," terang Ikap ketika dijumpai ITS Online.
Pada tahun 2006, pria yang mendapat gelar profesor di usia 40 tahun itu menjadi Fellow Council Member RINA . Ia merupakan orang Indonesia pertama pada posisi prestisius tersebut. Kemudian, pada tahun 2013, ia menjadi perwakilan asia pada asosiasi profesi kemaritiman terbesar di dunia.
Di tahun yang sama, guru besar Hidrodinamika Teknik Perkapalan itu menerima Satya Lencana Karya Satya 20 Tahun dari Presiden Republik Indonesia, Susilo Bambang Yudhoyono. Ia juga menjadi Investigator Komite Nasional Keselamatan Transportasi bidang Kemaritiman sejak tahun 2014, serta menjadi anggota Komite Teknik Biro Klasifikasi Indonesia bidang struktur sejak tahun 2014.
Dalam lingkup internasional, Ikap dianugerahi PMI-2 Award for Higher Education Development oleh The British Council pada tahun 2010. Ia juga mengantongi Distinction Medal Award For the Outstanding Paper serta Certificate of Appreciation dari RINA.
Prestasinya berlanjut ketika Ikap juga berhasil mengembangkan berbagai kolaborasi riset internasional yang sangat bermanfaat bagi peningkatan kualitas riset dan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. "Saya pernah bekerja sama dengan Newcastle University serta mendapatkan pendanaan riset dari The British Council," ujar Ikap.
Pun demikian, Ia bahkan membangun kerjasama riset dengan Australia Indonesia Centre (AIC) serta membangun kolaborasi riset yang cukup besar dengan mendapatkan dana dari Newton Fund yang melibatkan enam institusi dari tiga benua serta empat negara.
Ikap berharap, atmosfer riset semakin dibangun di ITS baik bagi dosen maupun mahasiswa. Ia ingin semakin mendorong ITS agar terus berkontribusi bagi masyarakat melalui pemikiran pemikiran unggul. "Saya juga berharap agar semakin banyak dosen ITS yang masuk dalam AIPI dan bersama sama menghasilkan kontribusi bagi masyarakat," pungkasnya. (ven/oti)