ITS News

Jumat, 10 Januari 2025
19 Januari 2017, 11:01

Wahyu Buktikan Kiprahnya di Bidang Pertanian

Oleh : Dadang ITS | | Source : -

Inovasi yang dilakukan mahasiswa D3 Departemen Teknik Instrumentasi mampu membuat tanaman melakukan fotosintesis sehari penuh, 24 jam. Menariknya, proses fotosintesis yang pada umumnya memerlukan energi cahaya matahari, Wahyu gantikan dengan penggunaan lampu grow LED berspektrum biru dan merah.

Kombinasi LED dengan berbagai warna ini sengaja dilakukan. Karena untuk melakukan proses fotosintesis, tanaman akan lebih banyak menyerap spektrum warna biru dan merah. Spektrum warna biru dibutuhkan tanaman untuk proses pertumbuhan vegetatif dan spektrum warna merah dibutuhkan tanaman untuk proses pertumbuhan generatif.

Konsep yang ia gunakan dalam budidaya tanaman dinamakan Hydroponic Plant Factory dengan dua sistem, yakni sistem pencahayaan alami dan buatan. "Tujuan utamanya adalah mengoptimalkan kualitas dan kuantitas hasil produksi pangan nabati," ujar pria asal Lamongan. 

Wahyu menjelaskan, ia sudah tertarik pada bidang pertanian ini sejak masih menjadi mahasiswa baru. Keprihatinan Wahyu terhadap masalah pertanian terkait penyimpanan beras di bulog yang menyebabkan kualitas buruk ketika dipasarkan, mendorongnya berkiprah pada dunia pertanian dan berujung pada Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) saat itu.

Meski tak berhasil mendapatkan juara PKM, mahasiswa pencinta alam ini tetap menekuni dunia pertanian. Alhasil, dua paper yang dikerjakan bersama rekannya berhasil menyabet juara favorit dalam ajang Hi-Great National Paper Competition 2016 di Universitas Brawijaya Malang. Tak hanya itu, dirinya juga menjadi semifinalis di ajang Pekan Inovasi Mahasiswa Pertanian Indonesia (PIMPI) 2016 yang digelar oleh Institut Pertanian Bogor (IPB).

"Sebetulnya esai saya kali ini adalah bentuk pengembangan dari dua papertersebut. Bedanya, dua paper yang lalu memiliki fokusan terhadap buah stroberi dan satunya lagi berfokus pada sayuran, seperti selada dan sawi," pungkasnya yang kemudian menegaskan inovasinya kali ini berfokus pada cakupan keseluruhan pangan nabati.

Wahyu mengaku, sempat diremehkan beberapa pihak, akan tetapi hal tersebut malah membuat ia terpacu untuk melakukan yang terbaik. Bermodal tekad yang kuat, strategi khusus, dan penerapan ilmu kontrol pada mata kuliah Pengantar Metrologi dan Instrumentasi (PMI) yang didapatkannya, Wahyu mampu mengalahkan ratusan peserta. Tak terkecuali universitas yang berfokus pada bidang pertanian tidak mampu menyaingi karyanya.  

Kendala lainnya adalah tidak adanya dosen pembimbing selama ia membuat esai tiga bulan lamanya. Tak habis akal, Wahyu mengandalkan kemampuan observasinya agar tidak buta arah. Mahasiswa semester lima ini tidak pantang asa untuk membaca puluhan jurnal sesuai bidang ilmu yang dibutuhkannya.

Usaha kerasnya tidak sia-sia. Setelah asisten laboratorium rekayasa instrumentasi dan kontrol ini mengakhiri presentasinya, juri melempar senyuman dan menanggapi bahwa apa yang telah dipaparkan sangat baik dalam hal keakuratan data dan persiapan.

Perlombaan esai kali ketiga yang diikutinya berbuah manis. Selain membawa kabar bahagia untuk almamater dan kedua orangtua, mahasiswa yang hobi travelling ini membuktikan, mahasiswa teknik mampu berkecimpung dalam bidang pertanian. 

"Alhamdulillah, dengan keberhasilan ini sebenarnya juga merupakan salah satu pembuktian bahwa kampus teknik mampu berkecimpung pada bidang pertanian," ungkap Wahyu. (mir/riz)

Berita Terkait