ITS News

Jumat, 10 Januari 2025
01 Februari 2017, 23:02

Sosok Pendiri FTK yang Bercita-cita Menjadi Pilot

Oleh : Dadang ITS | | Source : -

Dari kegagalan tersebut, dirinya memutar haluan ke Jurusan Teknik Perkapalan ITS. Alasan sederhanalah yang membuat dirinya terpincut memilih jurusan yang mayoritas teridiri dari kaum adam itu. "Jumlah insinyur perkapalan di Indonesia masih sangat langka. Selain itu saya juga tidak ingin merepotkan orang tua dengan kuliah di luar kota," terang Rektor ITS periode 1995-2003 ini.

Soegiono sendiri baru lulus sebagai Sarjana Teknik Perkapalan ITS pada April 1970, setelah menempuh waktu delapan tahun delapan bulan. "Kegiatan perkuliahan pada saat itu sangat jauh berbeda dengan sekarang," kenangnya. 
Menurutnya  semua tugas dikerjakan secara manual tanpa menggunakan alat bantu macam kalkulator maupun laptop. Karenanya membutuhkan waktu yang jauh lebih panjang untuk menyelesaikan kuliah di Jurusan Teknik Perkapalan. 
Pasca kelulusannya sebagai Insinyur, seperti sarjana lainnya ia dan kawannya Ir Bambang Supangkat mencoba mengadu nasib dengan mencari pekerjaan di industri perkapalan. Akan tetapi langkahnya terhenti setelah diminta Dipl Ing B G Munaf yang saat itu menjabat sebagai Dekan, untuk menjadi dosen di Fakultas Teknik Perkapalan ITS. 
"Saya tidak pernah memimpikan hal itu sama sekali. Yang saya pikirkan waktu itu hanya bagaimana menghidupi keluarga saya dengan gaji Pegawai Negeri Sipil sebesar sebelas ribu rupiah," ujar lelaki kelahiran Surabaya ini.
Setelah menjadi dosen, Soegiono bersama Dipl Ing B G Munaf mengupayakan bantuan hibah pemerintah Republik Federal Jerman untuk mengembangkan Fakultas Teknik Perkapalan ITS. Inilah yang kemudian membawa Soegiono mengikuti training di RWTH Aachen Jerman, sekolah Prof Habibie dulu. "Saya ke sana bersama beberapa teman saya," ceritanya.
Di RWTH Achen lah Soegiono mengenal komputer untuk pertama kalinya. "Dulu saya belajar membuat program komputer dengan punch cards dan diproses di pusat komputer RWTH Aachen," kenangnya. Perangkat tersebut kemudian dikirim ke ITS pada akhir tahun 1978 menjadi komputer pertama yang dipakai di perguruan tinggi di Indonesia.
Kala sekolah di sana, Soegiono mendapat tawaran dari Prof H G Schultz untuk mengambil program doktor di RWTH Aachen, namun ia memutuskan untuk pulang. Keputusannya sempat mendapatkan reaksi yang keras dari Schultz. Bagaimana tidak? tak sembarang orang bisa mendapat tawaran berkuliah di RWTH Aachen. Sehingga banyak pihak yang menganggap keputusannya itu sebagai sebuah kebodohan.
Dirinya beralasan rindu keluarga. "Saya kepikiran dengan empat anak dan istri saya yang tinggal di Surabaya," keluhnya.
Ketika kembali ke Indonesia, Soegiono mengusahakan pendirian Fakultas Teknologi Kelautan (FTK) di ITS pada tahun 1982 dengan membuka Jurusan Teknik Perkapalan dan Program Studi Teknik Kelautan.
Berkat perjuangan Soegiono dkk, Fakultas Teknologi Kelautan berhasil dikukuhkan. Waktu yang dibutuhkan untuk mengukuhkan Fakultas ini hampir memakan waktu satu tahun. Kala pengukuhan tersebut, jumlah pengajar di FTK masi bisa dihitung jari. "Jumlah pengajar FTK waktu itu hanya lima saja," pungkasnya. (mbi/hil)

Berita Terkait