ITS News

Senin, 02 September 2024
08 Februari 2017, 15:02

DWI SOETJIPTO

Oleh : Dadang ITS | | Source : -

Dikatakan luar biasa, karena boleh jadi tidak ada seorang pun Direktur Utama (Dirut) Badan Usaha Milik Negara (BUMN) di Indonesia yang sampai saat ini mampu membawa marwah perusahaan BUMN tak hanya terbatas pada level nasional, namun juga sampai level internasional.

Nama Dwi Soetjipto melejit ketika beliau menjabat sebagai Dirut PT Semen Gresik karena mampu menggenjot kapasitas produksinya menjadi 26 juta ton per tahun. Sehingga menaikkan pendapatan perusahaan secara dramatis. Prestasi tersebut menjadikan PT Semen Gresik sejajar dengan perusahaan BUMN raksasa lainnya saat itu, seperti Pertamina dan Perusahaan Listrik Negara (PLN). Tidak hanya itu, kapasitas produksi semen yang dihasilkannya ini melampaui kapasitas produksi Raja Semen Asia Tenggara dari Thailand, Siam Cement.

Kiprahnya berlanjut ketika beliau berhasil menyatukan industri semen nasional, yaitu Semen Padang, Semen Tonasa dan Semen Gresik menjadi perusahaan multinasional BUMN pertama di Indonesia. Dibawah panji PT Semen Indonesia, perusahaan induk usaha semen nasional ini menasbihkan diri sebagai pabrik semen dengan operasi terbesar di Asia Tenggara. Bahkan melalui tangannya, Semen Indonesia memperluas jangkauan operasi dengan mengakusisi pabrik semen Thang Long di Hanoi, Vietnam. Tak ayal, langkahnya itu bagi pelaku industri semen di Indonesia, beliau dijuluki sebagai Bapak Pemersatu Semen Indonesia. Di Vietnam sendiri, beliau bahkan diberi nama Vietnam sebagai bentuk penghormatan, Vu Van Qui.

Oleh karena itu, 2014 silam beliau di pilih Jokowi untuk mengomandani Pertamina, dengan tugas utamanya memberantas mafia migas. Tentu tak heran walaupun beliau berasal dari dunia bisnis yang berbeda. Begitu menyandang jabatan Dirut Pertamina, tugas Presiden dijawab dengan pembubaran Petral, anak perusahaan Pertamina yang dianggap tidak efisien.

Berbagai gerakan efisiensi dilakukan, tanpa mengorbankan staf karyawan Pertamina. Tak sampai setahun setelah dilantik, Oktober 2015, Pertamina dianugerahi sebagai perusahaan dengan predikat The Best Downstream Service & Solutions Company dan Dwi Soetjipto dianugerahi predikat sebagai Asia Best CEO dalam Oil and Gas Awards 2015 oleh majalah internasional, World Finance.

Yang juga membanggakan kita semua adalah dibawah kepemimpinannya, tahun 2016 Pertamina mampu meraih laba bersih yang lebih tinggi dari Petronas, perusahaan migas Malaysia yang selama ini selalu lebih superior. Keberhasilan ini, bagi sebagian bangsa kita seolah mengobati kerinduan akan keunggulan bangsa kita atas negara jiran yang selama ini hampir selalu lebih unggul dalam berbagai bidang pertumbuhan bangsa.

Setidaknya mereka tidak akan lagi memandang kita sebelah mata seolah kita hanya mampu menghasilkan tenaga kerja sekelas rumah tangga belaka. Ya, Dwi Soetjipto telah berhasil menyetarakan marwah bangsa Indonesia secara bermartabat. Beliaulah
eksekutif pertama sepanjang sejarah yang membawa BUMN Indonesia menjadi perusahaan multinasional dengan capaian mendunia.

Berbagai penghargaan telah beliau raih, baik nasional maupun internasional, termasuk penghargaan pemerintah yaitu Satya Lencana Pembangunan di Bidang Pembinaan Koperasi Usaha Kecil dan Menengah (UKM). Koperasi Warga Semen Gresik (KWSG) saat ini tercatat menjadi koperasi terbesar kedua di Indonesia dengan jumlah anggota 6000 orang, dan mencatat total penjualan Rp 1,4 triliun.

Dengan segudang prestasi atas profesionalisme beliau serta juga di saat Pertamina menunjukkan trend positif, beliau diberhentikan dari jabatannya. Lho?

Komisaris Pertamina dalam wawancara di sebuah televisi swasta, ketika ditanya mengapa mencabut Dirut yang telah menghasilkan banyak prestasi dan dalam kondisi perusahaan yang sedang naik, dengan ringan menjawab, "Jangan lihat sekarang, lihat ke depan… Pertamina akan menghadapi kondisi yang lebih kompleks!"

Ironis, jika seseorang yang punya kapabilitas tinggi dan itu telah dibuktikan dengan unjuk kinerja yang baik, kemudian dicopot begitu saja, karena dianggap tidak akan mampu menghadap persoalan "masa depan Pertamina yang lebih kompleks" tanpa jelas siapa yang lebih pantas menggantinya… Dimanakah logika sehatnya? Nampaknya para penguasa kita sedang bermain dadu…

Mudah-mudahan Pak Dwi tidak direkrut Petronas saja….***

 

(JH dari berbagai sumber)

Prof Ir Joni Hermana MSc ES PhD

Rektor Institut Teknologi Sepuluh Nopember

Surabaya

Berita Terkait

ITS Media Center > Opini > DWI SOETJIPTO