ITS News

Senin, 02 September 2024
18 Februari 2017, 00:02

Amerika, Muara Bangsa-bangsa Dunia

Oleh : Dadang ITS | | Source : -

Sebagian besar wilayah Kota San Fransisco telah terbangun menjadi kota modern yang dikelilingi oleh rumah-rumah penduduk yang menyebar padat di perbukitan. Sekelebat kilas bayangan menyergap, bagaimana orang-orang Amerika dahulu berjuang keras membangun negaranya di atas padang rumput yang tandus dan buas itu. Wow….luar biasa! Tidak heran kalau mereka menjadi negara adi daya.

Rasa kagum itu hanya sebentar menerpa, lalu menyeruak pergi. Sebab jantung saya mulai berdegub, terbayang bagaimana sebentar lagi kami akan berbaris antri di depan petugas imigrasi Amerika yang terkenal ketat. Akankah kami lolos? Apalagi pemerintahan Donald Trump yang baru berkuasa, menebar gagasan yang anti pendatang dan pengungsi. Ada rasa khawatir… Isu tentang orang asing di Amerika akhir-akhir ini, setidaknya telah membuat tumbuh rasa was-was di hati. Bayangkan saja, bintang Bollywood terkenal sekelas Sakhrul Khan pun pernah ditolak masuk Bandara Amerika.

***

Saya tersadar oleh goncangan kecil yang menandai pesawat sudah mendarat. Alhamdulillah…

Kami berjalan menuju imigrasi bandara. Perasaan bercampur aduk, terlihat petugas lalu lalang sambil mengatur antrian penumpang yang ternyata sudah mengular. Sambil antri, saya amati mereka. Hmm menarik ternyata, semua petugas imigrasinya tak ada satu pun yang berkulit putih. Saya lalu mencoba menebak-nebak darimana nenek moyang mereka berasal. Setidaknya dengan pengalaman saya singgah di lebih dari 45 negara sebelumnya, saya cukup handal mengenali asal mereka dari roman mukanya…

Ng… ada petugas yang berasal dari Hawaii, ada dari Korea, dari Karibia, dari China dan beberapa petugas jaga berkulit hitam lainnya, tapi sepertinya bukan dari Afrika. Lha saya agak bigung, ini terus yang orang Amerika-nya versi Om Donald yang mana ya?

Tidak seperti yang dikhawatirkan, petugas imigrasi yang memeriksa saya, walaupun tetap profesional, tidak banyak bertanya kecuali yang hal standar: "Untuk kunjungan apa? Berapa lama? Tinggal di mana dan bawa uang cash berapa?" Lalu cap segera tertera di paspor saya. Tarraaa… Yes!

Kami berombongan lalu berjalan ke tempat bagasi, yang ternyata kopernya sudah lama nongkrong berada di atas conveyor yang berputar. Entah sudah berapa lama nih koper berjalan karena menunggu kami yang lama antri di imigrasi.

Setelah itu, semuanya praktis berjalan lancar. Kami dijemput oleh staf KJRI SF dan lantas diantar menuju hotel tempat kami menginap sekitar empat hari. Sepanjang jalan, saya berusaha mengamati pemandangan di luar yang dingin. Deretan hunian yang beragam, menumpuk padat… tidak terlalu teratur sih, namun berangsur berubah ketika kami memasuki kota San Franscisco. Deretan gedung tinggi dan kotak menjulang menjadi ciri khas kota-kota besar di Amerika, mulai terasa. Semua persis seperti bayangan khas lingkungan hunian terbangun Amerika.

Cuma ada satu yang membuat saya bertanya-tanya, sebab sepanjang perjalanan, hampir semua masyarakat yang saya lihat dan amati di jalan berasal dari berbagai belahan benua di dunia, bahkan terkesan lebih banyak dari mereka yang berkulit putih. Bahkan disalah satu jalan raya yang ditutup, terlihat pawai masyarakat etnis Cina dengan barongsainya yang khas.

Nampaknya Amerika sudah sedemikian tercampur-baur sehingga saya bayangkan betapa sulitnya ‘menutup’. Amerika dengan kondisi seperti ini. Faktanya, Amerika terbangun oleh peran berbagai bangsa dan etnis di dunia. Bahkan secara tidak disadari, mereka juga sudah tersegmentasi seolah setiap bangsa mengisi golongan jenis pekerjaan tertentu, sekaligus ini mewakili kompetensi yang khas dari masing-masing bangsa yang berbeda tersebut. Dari buruh kasar sampai golongan pekerja kelas atas, semua terisi oleh rakyat mereka yang berasal dari berbagai keturunan bangsa yang berbeda secara khas.

Sekiranya Amerika mau menutup diri, kira-kira bangsa dari asal negara mana yang akan dihilangkan? Karena itu berarti akan mengubah komposisi dan jenis pekerjaan yang biasa sudah mereka isi, yaitu golongan masyarakat yang berasal dari bangsa tertentu. Maukah golongan dari keturunan bangsa lain menggantikannya?

Ah, terlalu naif pikiran saya…. 

Prof Ir Joni Hermana MScEs PhD
Rektor ITS

Berita Terkait