Fitriandika Nugraha, ketua pelaksana mengatakan, sebelumnya warga telah membuat komposter bersama mahasiswa. Sedikitnya terdapat tiga buah komposter yang tersebar di sepanjang gang. Alih-alih dapat digunakan sebagai pupuk kompos, beberapa minggu lamanya justru tidak ada hasil yang dituai.
"Ini menandakan bahwa warga masih belum faham betul mengenai pengelolaan kompos. Sehingga kita adakan sosialisasi lebih lanjut dan intensif," ujar Dika, sapaan akrabnya.
Sosialisasi komposter dan pemilahan sampah pun diadakan dengan mengundang pemateri handal di bidang lingkungan. Warga dapat mengetahui cara membuat kompos yang benar, manfaat kompos, proses dalam komposter dan jenis-jenis sampah dalam pembuatan kompos.
"Evaluasi komposter warga yang salah kemarin yakni tidak adanya lubang untuk mengeluarkan lindi (air hasil timbunan sampah, red). Sehingga kompos jadi lebih bau dan tidak jadi pupuk," sambung Dika. Selain itu, sampah yang tidak dicacah dan ditumbuk terlebih dahulu juga menjadi salah satu penyebab kompos tidak jadi.
Perombakan komposter pun dilakukan oleh HMTL. Alat komposter baru pun segera digarap dengan memberikan lubang seperti keran di bagian bawah sebagai jalan keluarya lindi. Pemberian tanah pada bagian bawah komposter juga dilakukan agar lindi dapat terserap ke dalam tanah. "Kami harap alat yang baru dapat digunakan secara maksimal oleh warga," lanjut mahasiswa asal Jakarta ini.
Dika mengaku, warga sangat antusias dalam kegiatan pengadaan komposter ini. Hal ini tak lepas dari peran kader lingkungan yang dibina oleh HMTL, dengan harapan sebagai penyalur wawasan sekaligus contoh bagi warga yang lain. Minat warga, lanjut Dika, dalam menjaga kebersihan lingkungan pun menjadi lebih baik.
"Kami juga membuat poster menarik tentang cirri-ciri kompos matang maupun perbedaan sampah oraganik dan non-organik untuk warga. Harapannya mereka selalu memantau komposnya. Minimal mereka mengaduknya seminggu sekali," ungkapnya.
Membangun kepercayaan warga dan menarik mereka untuk memiliki pengetahuan yang lebih memang diakui Dika sangatlah sulit. Ia menyebutkan, butuh pendekatan personal kepada warga dan butuh waktu yang cukup lama untuk menggerakkan masyarakat.
Namun Dika optimis, hal sekecil ini dapat bermanfaat bukan hanya untuk warga Lebak Rejo, tetapi lebih jauh lagi untuk menyelamatkan bumi. "Semoga warga benar-benar tahu esensi tentang pembuatan kompos dan dapat memajukan kampungnya," tutupnya. (fai/mis)
Kampus ITS, ITS News — Dukung pertumbuhan ekonomi usaha lokal, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) secara resmi meluncurkan program Kuliah
Kampus ITS, ITS News – Lestarikan permakaman bersejarah di Surabaya, tim Pengabdian Masyarakat (Abmas) Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS)
Kampus ITS, ITS News — Departemen Teknologi Informasi (DTI) Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) menunjukkan kegigihannya dalam menjaga mutu pendidikan.
Kampus ITS, ITS News – Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) melanggengkan komitmennya dalam berkontribusi bagi kesejahteraan UMKM. Kali ini,