Oleh : Dadang ITS |
393
|
Source : -
Di tengah kesibukannya sebagai mahasiswa, lelaki yang akrab disapa Mendung ini berbagi kisahnya dalam meraih gelar Mawapres. "Sekitar semester enam awal banyak yang menyuruh saya daftar Mawapres. Akhirnya saya cuma iya-iya saja tapi tidak ada niatan," ungkap Mendung. Akhirnya baru semester delapan ia memutuskan untuk mendaftar.
Menjadi mahasiswa berprestasi tak serta merta diraih mahasiswa Departemen Teknik Elektro ini dengan mudah. Diakui oleh Mendung, saat kuliah ia sempat mengalami masa jenuh di semester dua.
"Kemudian saya diberi nasehat oleh ayah saya. Beliau berkata bahwa saya adalah orang yang beruntung karena dapat berkuliah di perguruan tinggi seperti ITS," ungkapnya. Alasan yang cukup berdasar, karena teman sepermainan Mendung kebanyakan berhenti melanjutkan pendidikan hingga SMP saja.
Motivasinya untuk selalu berprestasi pun tak hanya itu. Mendung merupakan mahasiswa Bidikmisi sehingga biaya kuliahnya dibiayai oleh negara. "Karena saya kuliah dari uang rakyat Indonesia, saya termotivasi untuk mengembangkan diri saya agar bermanfaat bagi sesama," ucap Mendung. Dari situlah Mendung berkomitmen untuk selalu berusaha membalas kepercayaan tersebut.
Perjalanan pencarian passion Mendung untuk merealisasikan harapannya pun tak berjalan sebentar. Mengikuti beberapa kepanitian acara di ITS sempat ia lalui demi pencarian passionnya. Akhirnya ia mulai menekuni bidang keilmiahan.
"Saya menemukan ketertarikan disitu. Saya merasa inilah cara saya berkontribusi yaitu lewat prestasi," terang mahasiswa tahun keempat itu.
Dikatakan oleh Mendung, sekali ia mendapat prestasi dalam bidang menulis karya ilmiah, ia seperti kecanduan untuk berprestasi lebih banyak lagi. Akhirnya Mendung pun sempat menembus pimnas 28. Dari situlah, prestasinya mulai menumpuk dan banyak yang menyarankan Mendung untuk mengikuti Mawapres ITS.
Berbicara soal pesaing Mawapres ITS, Mendung menyunggingkan senyumnya. "Mereka semua teman-teman saya," tutur Mendung. Bahkan juara tiga Mawapres ITS merupakan anggotanya saat Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (Pimnas).
Sebagai Mawapres ITS, tentunya Mendung sedang mempersiapkan diri untuk melangkah ke Mawapres Nasional. "Sekarang saya sedang mempersiapkan berkas, pembenahan karya tulis, latihan presentasi karya tulis, dan berlatih berbicara bahasa inggris. Kemudian penambahan prestasi khususnya internasional," ucap Mendung.
Memiliki banyak prestasi, sibuk di organisasi dan menjadi asisten laboratorium, tak membatasi Mendung menyalurkan hobinya mendaki gunung, jalan-jalan, dan berpetualang. Terlebih lagi, hafidz 30 juz ini harus mempertahankan hafalannya.
"Kalau pagi saya hafalan, siangnya kuliah, sore mengurusi organisasi dan malam harinya saya produktif menulis karya ilmiah," ungkap Mendung berbagi tips manajemen waktunya.
"Ketika lomba juga saya sering meninggalkan pelajaran. Saya mendekati teman teman saya yang pinter untuk belajar bersama," ungkap Mendung. Karena menurutnya, tidak mungkin ia dapat belajar sendiri di ITS ini. Berkat manajemen waktunya itu, Mendung masih bertahan dengan IPK cum laude-nya.
Mendung berharap agar mahasiswa ITS selalu mengingat bahwa mahasiswa adalah investasi masa depan pemerintah untuk bangsa. Motivasi untuk selalu berprestasi harus selalu dimunculkan dari dalam diri. "Yang penting harus cepat-cepat cari fokusan," pesannya.
Bagi Mendung, menjadi Mawapres bukan tujuan utamanya. Karena memang dari awal tidak ada ambisi yang menggebu untuk menjadi Mawapres "Tapi saya pasti akan berusaha maksimal," ujarnya.
Mendung menyatakan bahwa, tujuannya berkuliah agar dapat bermanfaat bagi masyarakat. Bagi Mendung, menjadi Mawapres adalah amanah yang diberikan pada ITS untuknya. "Amanah tidak elok kalau kita yang mengejarnya. Amanah akan datang pada tuannya. Semua bisa kok jadi Mawapres," pungkas Mendung. (id/hil)