ITS News

Selasa, 05 November 2024
30 Mei 2017, 08:05

DWC 2017, Bukti Kehebatan Mahasiswa Indonesia

Oleh : Dadang ITS | | Source : -

Dalam festival SEM DWC yang berlangsung empat hari, 25-28 Mei 2017, kedua tim Indonesia yakni Tim Bengawan 2 dari Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta dan Tim ITS 2 dari Institut Teknologi Sepuluh November (ITS), Surabaya, berhak mewakili Asia di Grand Final setelah tim Asia lainnya dari Filipina gagal menyelesaikan tahap kualifikasi berupa uji rem dinamis (Dynamic Brake Test).

Kualifikasi pertama berupa inspeksi rinci terhadap 12 aspek teknis kendaraan diselesaikan kedua tim Indonesia itu dengan mulus. Kemudian mereka juga lolos dalam kualifikasi Dynamic Brake Test dimana kendaraan peserta harus melalui tahap uji dengan memacu kendaraannya hingga kecepatan maksimal 50 km/jam dan harus dapat dihentikan dalam jarak 20 meter.

Memasuki tahap qualifying lap yang prosesnya sama seperti qualifying lap balap mobil/motor, kendaraan tim satu persatu dihitung catatan waktu terbaiknya dalam satu lap untuk menentukan urutan race. Dalam tahap ini, kedua tim Indonesia telah mengerahkan upaya terbaiknya meski tidak menempati posisi 3 tim tercepat. Namun, posisi ini tak menyurutkan semangat mereka.

”Kami masih penasaran sebelum bisa mengibarkan bendera merah putih di panggung Drivers’ World Championship. Kami memiliki keyakinan akan menjadi pemenang, meskipun kami mulai start di urutan paling belakang berdasarkan hasil qualifying laps,”ujar Bhima Poetra Perdana, Team Manager ITS Team 2, Senin (29/5/2017) kemarin.

Kerja keras dan keseriusan tim mahasiswa Indonesia ini mendapat apresiasi dari Presiden Direktur & Country Chairman Shell Indonesia, Darwin Silalahi. Ia sangat bangga melihat kegigihan, tekad dan semangat tim-tim mahasiswa Indonesia yang luar biasa tinggi.

Namun demikian, cuaca yang kurang bersahabat telah menghentikan aksi para pengemudi mobil ”Urban Concept” dari Asia, Amerika dan Eropa untuk membuktikan diri sebagai pengemudi terhandal yang paling efisien dalam berkendara. Setelah cuaca panas terik mengawali hari-hari DWC, kompetisi ini diguyur hujan lebat, tepat pada saat babak final dimulai di sore hari. Dengan pertimbangan faktor keselamatan para pengemudi, panitia akhirnya memutuskan untuk menghentikan balapan.

Aksi adu balap ini terhenti di lap ke-2 dari 4 lap yang direncanakan. Kendaraan dari 8 tim mahasiswa yang berkompetisi gagal menyelesaikan trek balap Queen Elizabeth Olympic Park yang ikonik di London dengan energi terbatas untuk melalui trek sepanjang 6,7 km dengan variasi ketinggian trek antara 3-12 m.

Panitia akhirnya memutuskan pemilihan pemenang berdasarkan hasil qualifying lap. Untuk DWC 2017 kali ini, Saint Thomas Academy Experimental Vehicle Team Alpha (USA) berhak meraih juara pertama. Selanjutnya, La Joliverie Polytech Nantes (Perancis) dan Knights 3 Alden-Conger High School (USA), menempati posisi kedua dan ketiga.

Kondisi yang tidak menguntungkan disertai hujan lebat ini diakui Global General Manager dari Shell Eco-marathon, Norman Koch, sempat membuat para peserta kecewa karena mereka tidak bisa tampil maksimal. Namun, di sisi lain, kompetisi SEM tahun ini sangat menantang, karena panas di London membuat dampak pada strategi efisiensi bahan bakar yang dilakukan oleh semua tim.

Meski gagal meraih hasil terbaik, kedua tim mahasiswa Indonesia tetap bisa tersenyum. Bagi mereka perjuangan untuk mewujudkan mimpi mereka belum terbayar lunas.

”Bisa bersaing hingga ke London, terasa seperti mimpi. Kalau kami tidak mengikuti kualifikasi untuk babak final Drivers’ World Championship, mungkin tidak akan pernah bisa berada di sini. Kami sangat berterimakasih kepada Shell atas kesempatan luar biasa yang telah diberikan kepada kami,”ujar Bhima Poetra Perdana.

Selama hampir seminggu berada di London, diakui Bhima, telah memberikan beragam pengalaman kepada mereka. Mulai dari mempelajari tim-tim dari Eropa dan Amerika yang menjadi pesaing, membuat jejaring dengan tim-tim dari Eropa dan Amerika, merasakan pengalaman berkompetisi dengan bangsa lain hingga mempelajari bagaimana bangsa lain bekerja.

”Sepulangnya kami dari London, begitu banyak yang dapat kami ceritakan kepada teman-teman dan keluarga di Tanah Air. Kami yakin pengalaman ini juga akan sangat berguna bagi kami ketika nantinya menapaki karir. Ini sungguh merupakan pengalaman sekali seumur hidup,. Kami yakin kami akan kembali lagi ke Final DWC dan menang!”ujarnya.

Pernyataan yang sama dilontarkan Muhammad Ivan Fadhil, Non-Technical Lead dari Bengawan Team (UNS). Dia merasakan sebuah pengalaman yang tak akan terlupakan, bisa bertanding dalam satu race track dengan tim-tim juara dari Eropa dan Amerika.

”Kami bangga bisa membawa nama almamater kami dan nama negara. Selama babak kualifikasi kami jalani, beberapa masalah teknis pada mobil terjadi namun kami dapat mengatasinya dan tetap berpikir tenang. Kami yakin kami dapat meraih yang terbaik. Kami memang kecewa karena tidak keluar sebagai pemenang di Drivers” World Championship, namun kami tetap semangat dan kami yakin akan dapat kembali ke Final DWC di tahun depan!”tegasnya.

Tim-tim Indonesia telah berkompetisi pada ajang SEM Asia sejak tahun pertama penyelenggaraannya pada 2010 di Sepang International Circuit, Malaysia hingga SEM Asia 2017 di Singapura. Selama 8 tahun penyelenggaraan SEM Asia, tim-tim mahasiswa Indonesia telah berhasil meraih berbagai prestasi pada kedua kategori mobil (urban concept dan prototype) dan berbagai sub-kategori sumber energi serta menorehkan rekor-rekor capaian terhemat.

Harus diakui bahwa ajang SEM DWC 2017 ini telah mendorong kedua tim dari Indonesia untuk tampil di DWC 2017 tentu bukan sekedar meramaikan saja, melainkan untuk menunjukkan eksistensi dan partisipasi dalam upaya pengembangan teknologi otomotif.

Di samping itu, para mahasiswa dari dua perguruan tinggi negeri ini, ingin menunjukkan pada Indonesia bahwa mereka bisa bersaing di tingkat dunia. Teknologi otomotif yang mereka kembangkan bisa disejajarkan dengan hasil karya mahasiswa dari negara lain di Asia, Eropa dan Amerika. Dilihat dari spesifikasi kendaraannya, rekayasa teknologi yang mereka aplikasikan sudah sangat baik, dengan berbagai perhitungan fungsi dan manfaat.

Hal ini sejalan dengan kompetisi Shell Eco-marathon (SEM) yang ditujukan untuk menginspirasi para pelajar/mahasiswa untuk mengembangkan inovasi teknologi bagi masa depan, khususnya dalam hal efisiensi penggunaan sumber-sumber energi dan kinerja moda transportasi. Tim peserta SEM ditantang untuk mendesain, mengembangkan serta menguji kendaraan ciptaan mereka untuk menempuh jarak terjauh dengan menggunakan sumber energi paling hemat. (noer soetantini)

 

Sumber : http://www.beritasurabaya.net/index_sub.php?category=25&id=18657

Berita Terkait