ITS News

Senin, 07 Oktober 2024
09 Agustus 2017, 09:08

Ketua MUI Beri Nasihat untuk Mahasiswa Baru

Oleh : Dadang ITS | | Source : -

Sebagai mahasiswa baru dari berbagai latar belakang, bekal materi dari orang nomor satu MUI ini dinilai penting. Seluruh mahasiswa yang hadir nampak serius mendengarkan penjelasan laki-laki ini. Diawal, ia memberi pengertian mengenai paham radikalisme. 

"Setiap warga negara diberi kesempatan berpendapat. Akan tetapi, kebebasan yang diberi juga tetap dalam koridor," ujar KH Ma’ruf Amin. Ia menekankan, memaksakan kehendak dengan menggunakan kekerasan, itulah yang disebut radikalisme.
Ia bercerita, para pendahulu telah berembuk mengenai apa dan bagaimana bentuk negara Indonesia. Dengan mempertimbangkan pendapat dari berbagai pihak, terciptalah dasar negara pancasila yang diusung Ir Soekarno. Dasar pancasila inilah yang telah disepakati berbagai suku, ras, dan agama di Indonesia. Dasar ini pula yang memberi gambaran tentang kayanya budaya negeri khatulistiwa ini. 
Sebagai muslim, hidup dengan berbagai pemeluk agama lain haruslah mursalah nursaadah yaitu berjanji untuk berdampingan satu sama lain. "Pada dasarnya, kita akan saling membutuhkan," tuturnya. 
Ia berpendapat, mengubah sebuah sistem yang telah disepakati adalah salah. Isu inilah yang saat ini sedang hangat dimanfaatkan sekelompok orang untuk memecah belah persatuan. Karena itu, Ia kemudian menghimbau mahasiswa agar hidup saling mencintai dan toleran mengenai Suku, Agama, Ras, dan Antar golongan (SARA) ini. 
Tidak hanya radikalisme, KH Ma’ruf Amin juga menyinggung mengenai liberalisme. Berbeda dengan radikal, liberalisme lebih menuhankan kebebasan. Dengan dalih Islam rahmatan lil alamin,  sekelompok liberalis cenderung menghalalkan banyak hal tanpa memperhatikan koridor beragama. 
"Kalau radikalisme itu kaku dan keras, liberalisme ini berlebih kelenturannya. Kebablasan, begitu istilahnya" terangnya. Menjadi muslim haruslah yang paham tekstualis, menjalankan kesepakatan berbangsa, dan menghargai satu sama lain. Inilah yang disebut Islam Al Wathaniyah atau islam moderat.
Dalam materinya, Ketua MUI berulangkali mengucap bahwa perbedaan adalah hal yang indah. Beliau meminta agar generasi muda terus berhati-hati dengan banyaknya provokasi yang ada di sosial media saat ini.
"Teknologi dapat memberi manfaat tetapi dapat membuat sesat pula. Berhati-hatilah. Menjaga  Indonesia adalah sebuah kewajiban. Coba katakan, Saya Muslim, Saya Indonesia!," pungkasnya sembari tersenyum (nov/dza)

Berita Terkait