ITS News

Minggu, 06 Oktober 2024
12 Agustus 2017, 13:08

Dosen ITS Raih Penghargaan Produk Inovasi Terbaik

Oleh : Dadang ITS | | Source : -

Penghargaan tersebut diberikan oleh Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi kepada peneliti yang berhasil mengembangkan risetnya menjadi produk inovatif. Produk paving dari limbah batu bara karya dosen ITS ini dianggap penelitian yang paling inovatif dan berdampak kepada masyarakat.

Yani, sapaan akrabnya mengungkapkan penelitian ini bermula atas kekhawatirannya akan jumlah limbah abu batu bara yang menimbun di Indonesia. Ibu tiga anak ini mengungkapkan bahwa 48 persen listrik di Indonesia menggunakan batu bara,  dan hal ini menghasilkan banyak abu batu bara atau yang biasa disebut coal ash.

Coal ash adalah limbah yang berbahaya bagi lingkungan. "Untuk itulah limbah batu bara perlu diolah lagi menjadi produk lain. Selain untuk melindungi lingkungan, juga sebagai sumber pendapatan masyarakat apabila berhasil dikomersilkan," jelasnya.

Solusi yang ditawarkan Yani adalah dengan memanfaatkan coal ash tadi menjadi bahan bangunan, yakni membuat geopav, salah satu produk geopolimer yang memanfaatkan limbah batu bara menjadi paving.

Caranya adalah dengan mencampurkan abu batu bara, cairan alkali dan agregat dengan takaran tertentu. "Cara membuatnya juga tidak beda dengan paving pada umumnya, sehingga tidak memerlukan perlakuan khusus," papar Yani.

Hasil dari penelitiannya ternyata memuaskan. Jika paving dengan bahan konvensional bisa mencapai kekuatan 500 kg/cm2 dalam waktu 28 hari, geopav buatannya bisa mencapai kekuatan itu hanya dalam waktu 5 hari.

Menurutnya hal ini sangat menguntungkan, karena geopav dari limbah batu bara jauh lebih kuat dari paving biasa. Untuk itulah sejak tahun 2005 lalu Yani tidak hanya fokus mengembangkan geopav miliknya, namun juga berusaha agar warga dapat membuat usaha geopav untuk meningkatkan kesejahteraan ekonomi.

Menurut Yani, bisnis geopav ini sangat potensial. Hal ini karena paving selalu dibutuhkan dalam proses pembangunan, apalagi pembuatan bangunan di pantai atau laut yang selalu terancam abrasi.

"Misalnya saja Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU), bangunan PLTU sangat membutuhkan material bangunan yang kuat karena letaknya di lepas pantai. Untuk itulah PLTU akan selalu membutuhkan geopav yang menawarkan kekuatan lebih," jelasnya.

Kesabaran dan dedikasinya sejak tahun 2005 lalu kini akhirnya terbayar, karena Yani berhasil menjadi jawara Adibarata. Padahal saingan Yani tidak main-main, banyak dari saingan Yani yang sudah merupakan professor. "Untuk itu saya bersyukur dan terus berusaha mengembangkan riset saya untuk kedepannya," pungkasnya. (gol/hil)

Berita Terkait