ITS News

Senin, 02 September 2024
13 Agustus 2017, 02:08

Generasi Fobia Menganggur

Oleh : Dadang ITS | | Source : -
Jumlah pengangguran mengalami penurunan dari tahun ke tahun. Namun, pengangguran masih menghantui masyarakat Indonesia, khususnya para tenaga terdidik seperti SMK, STM, bahkan mahasiswa ikut terkena imbasnya. Pengangguran seharusnya bukan lagi menjadi momok yang menakutkan bagi generasi langgas.
Para pemuda zaman ini mendapat fasilitas teknologi yang mumpuni, seharusnya sudah tidak takut akan kata-kata menganggur. Karena seharusnya industri kreatif dapat berkembang dengan pesat di tangan generasi langgas ini sehingga banyak lapangan pekerjaan yang tercipta dan mampu menyerap banyak tenaga kerja.
Jangan mau hanya menjadi buruh! Ini merupakan pesan pribadi saya kepada generasi saat ini. Besarnya jumlah penduduk Indonesia dan cita-cita majunya Indonesia menjadi sebuah dorongan bagi generasi baru untuk terus memperbaiki kondisi, bukan malah memperburuk keadaan. Buruh dan kepegawaian seharusnya dijadikan profesi pengabdian, di mana kita hanya bekerja jika memang kita senang atau untuk benar-benar perihal pengabdian.
Pemuda harus punya banyak kreativitas yang dapat direalisasikan dan dituangkan. Saat ini banyak contoh komunitas dan gerakan-gerakan sosial yang mampu menyerap kreativitas kaum muda untuk lebih berekpresi mengiringi tingginya perkembangan-perkembangan startup unik.
Pemuda tidak boleh menganggur karena energi dan waktu yang berlimpah bagi generasi muda saat ini harusnya dapat dijadikan sebagai modal awal untuk berkontribusi di bidangnya masing-masing. Tidak harus jadi buruh atau pegawai. Mulailah menjadi founder atau perintis. Entah merintis bisnis, gerakan sosial, startup, atau yang lainnya.
Sudah saatnya bangsa ini mengubah mindsetnya, bukan lagi masalah gengsi dan tren. Mau sampai kapan bangsa ini diselimuti ketakutan atas gengsi pribadi. Gengsi jika hal yang dilakukannya tidak akan dipandang atau dianggap oleh orang lain. Ini menjadi tugas pendidik, guru, pengajar, terutama orang tua untuk menanamkan nilai percaya diri pada anaknya.
Jadi nanti setelah lulus kuliah jika sang anak mau mengabdi dan membangun desanya adalah hal mulia yang luar biasa. Bukan menjadi momok pertanda si mahasiswa gagal dalam kuliahnya. Ia harus percaya diri. Jika mahasiswa tidak percaya diri, napasnya tidak akan panjang dalam membangun desanya.
Tidak semata-mata karena profit, saat ini masyarakat harus gotong royong serta bahu-membahu dalam membangun segala aspek kehidupan, di mulai dari aspek sosial, politik, ekonomi, dan lain-lain. Faktanya, tidak semua orang bisa menjadi buruh atau pegawai kan? Jika semua menjadi buruh atau pegawai, lantas siapa yang akan bertani, berternak, dan lain-lain?
Masyarakat Indonesia harus segera menemukan jati dirinya. Jangan semata-mata pengangguran meningkat karena masyarakat mengikuti tren-tren tidak berfaedah, kebarat-baratan, ketimuran, atau ke condong lainnya yang tidak berfaedah. Harusnya masyarakat sudah bisa dewasa dalam pilih memilih di dunia yang serba modern ini.
Contoh tren fashion yang tidak berfaedah dan banyak merugikan terjadi di Australia. Negara tersebut bisa menumpuk pakaian bekas segunung dalam waktu hitungan menit saja karena setiap orang bisa membeli lebih dari satu pakaian baru tiap harinya. Padahal masih banyak orang yang menggunakan satu baju untuk lebih dari satu tahun tanpa diganti. Sangat memprihatinkan.
Dahulu, orang cukup dengan makan nasi dan beberapa lauk saja sudah puas dan merasa sangat kaya. Namun, saat ini karena gengsi dan tren semua itu tidak lagi cukup. Makan harus yang bermerek mewah, pakaian harus baru tiap hari, rumah harus bertingkat dua, dan yang lainnya. Jadi ubah mindset ini dari sekarang. Indonesia harus maju dengan cara Indonesia sendiri.
Mengutip kata-kata mutiara dari Mahatma Gandhi, yaitu "Jika kamu ingin dunia berubah, jadilah perubahan itu sendiri". Dari kata-kata bijak tersebut seharusnya kita sudah berpikir tegas untuk bergerak menjadi perubahan itu sendiri. Jangan sampai ketika ditanya keinginan perubahan semua menjawab mau perubahan, tetapi ketika ditanya yang ingin berubah semua menolak enggan berubah. Ini sama saja hidup segan mati tak mau.
Janganlah takut menjadi pengangguran karena menganggur hanya mitos. Di negeri yang serba kaya ini, tanah batu bisa jadi tanaman, ikan udang menghampiri jala para nelayan, yang ada hanya kita mau bergerak atau tidak? Apa kita mau beraksi atau hanya diam mengkhayal? Take action miracle happen!. Jadilah orang yang bangun dan merealisasikan mimpi-mimpi. Bukan orang yang hanya tidur dan membuat mimpi-mimpi kosong.
Terakhir, nasihat untuk saya dan para pembaca, Tuhan sudah sangat baik memberikan karunia nikmat-Nya kepada kita semua. Mulai dari jasad yang bugar, napas segar, jiwa yang jernih hingga detail kecil dalam kehidupan. Semua ini tidak mungkin tanpa arti. Semua ini diberikan bukan cuma-cuma, tetapi agar kita manusia hidup dengan maksimal dan berbuat kebaikan luar biasa karena Tuhan ingin kita bersyukur atas karunia nikmatNya yang sangat besar.

Oleh Abdullah Aljabir
Penulis adalah Mahasiswa Departemen Teknik Material Angkatan 2014

Berita Terkait

ITS Media Center > Opini > Generasi Fobia Menganggur