Kelima mahasiswa tersebut ialah Muhammad Adam, Rizki Mendung, Ariefianto , Akhmad Rizal Jiwo Prakorso, Andika Mada Rachmanto, dan Muhammad Amirul Haq. Adam, ketua tim menjelaskan pembuatan inovasi ini dilatarbelakangi harga jual ikan yang menurun hingga 66 persen dari harga normal. Hal ini terjadi karena kesegaran ikan telah menurun.
Menjawab tantangan itu, kelima mahasiswa tersebut sepakat menciptakan pendingin ikan berupa termos es. Bukan pendingin biasa, karya mereka ternyata memanfaatkan tenaga matahari dan grid sebagai sumber listrik untuk disuplai ke termoelektrik. Hal ini membuat pendingin tak butuh energi banyak karena sumbernya adalah matahari. Adam, sapaannya, menjelaskan bahwa alat itu mengonversikan matahari menjadi listrik.
Kemudian energi tersebut disimpan dalam baterai yang akan dialirkan ke THC dan ditampilkan pada layar LCD. Suhu dingin dalam box tercipta dari sistem yang menyerap panas termoelektrik, kemudian menjadikan suhu pada sisi dingin termoelektrik semakin menurun hingga 6,8 kali dari sistem termoelektrik biasa.
Setelah dilakukan pengujian photovoltaic, alat ini mampu menghasilkan energi sebesar 272,9 Wh. "Jika menggunakan energi matahari, termos es bisa menjaga kualitas kesegaran ikan selama 1,5 jam sedangkan jika menggunakan listrik PLN dapat menjaga kesegaran ikan selama listrik menyala," ucap mahasiswa angkatan 2013 tersebut.
Jika dibandingkan dengan pendingin konvensional, termos es ini mampu mempertahankan suhu referensi 13 derajat Celcius sehingga menghemat daya 43,41 persen energi listrik selama penyimpanan. "Keunggulan utama dari termos es ini ialah kontrol suhu otomatis, pilihan mode, hybrid berat dan dilengkapi dengan sistem ionizer. Keunggulan lainnya adalah adanya sistem pengontrol suhu otomatis, pengukuran massa, proteksi bakteri dan mode suplai energi dari grid" jelas Adam.
Dengan menggunakan alat ini, produk ikan yang dihasilkan lebih sesuai dengan standar SNI. Selain untuk mengawetkan ikan, termos ciptaan mereka juga dapat digunakan untuk menyimpan buah, sayur, dan daging segar. "Termos ini bisa digunakan untuk kebutuhan sehari-hari dan lebih hemat listrik," tutupnya. (jel/ven)