Ialah Kartika Dwi Ratna Sari beserta rekannya yang akhirnya berhasil mencetak rekor ini. Dengan mengangkat penelitian tentang karakterisasi wilayah peri urban berdasarkan pola hubungan dengan wilayah urban dan rural. Penelitian yang menggunakan pendekatan gravity model ini dilakukan di Kabupaten Gresik.

Tika,sapaannya, menjelaskan bahwa luaran dari penelitian yang ia garap adalah mengetahui kondisi wilayah Gresik yang sedang mengalami peralihan desa menuju kota. Dalam peneliitan ini, Tika tidak hanya menganalisis kondisi wilayah dengan pendekatan gravity model dan sistem infomasi geografis tapi juga menganalisis perubahan perilaku masyarakat terhadap perubahan struktur kota.

Menurut Tika, kelebihan dari PKM PSH miliknya dibanding dengan PKM PSH lainnya di  kelasnya ialah karena ia dan tim mengangkat konsep yang menganalisis wilayah sekaligus karakteristik sosial. "Tim lainnya kebanyakan mengangkat topik budaya dan sejarah. Selain itu penelitian ini menggunakan pendekatan teknik dan sosial," ucap mahasiswi Departemen Perencanaan Wilayah dan Kota tersebut.

Kepada ITS Online, Tika mengatakan tidak menyangka mampu meraih medali perak. Pasalnya, ia dan timnya merasa kurang all out dalam sesi tanya jawab. "Meskipun semua pertanyaan juri dapat dijawab dengan lancar, namun tim saya masih kurang membagi porsi untuk menjawab juri sehingga terkesan kurang kerja sama,"tutur wanita yang juga pernah mengikuti pimnas 27 tersebut.

Tika berharap agar tahun depan, ITS tetap menyabet medali lewat PKM PSH. Meskipun mahasiswa ITS didominasi oleh mahasiswa teknik, ia yakin bahwa mahasiswa ITS juga mampu berlaga dalam hal sosial. Oleh karena itu Ia berharap kedepannya penelitian sosial dengan pendekatan teknik lebih digalakkan lagi.

"Saya percaya, departemen yang masih terlibat dengan ilmu sosial seperti Teknik Industri, Teknik Geomatika, Perencanaan Wilayah dan Kota ataupun departemen lainnya dapat lebih aktif mengikuti PKM PSH. Mereka pasti lebih mampu menyumbangkan medali emas pada Pimnas mendatang," tutup optimis. (jel/ven)