ITS News

Senin, 23 Desember 2024
10 November 2017, 08:11

ITS Jadi Perguruan Tinggi Paling Inovatif di Indonesia

Oleh : gol | | Source : -

Kampus ITS, ITS News Setelah resmi menyandang status sebagai perguruan tinggi negeri berbadan hukum (PTN BH), Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya semakin lincah berinovasi. Pada November 2017, Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemristekdiki) menganugerahkan ITS sebagai peringkat pertama perguruan tinggi paling inovatif di Indonesia.

Penghargaan tersebut menjadi kado manis bagi ITS di usianya yang ke-57. ITS, oleh Kemristekdikti dinilai banyak menghasilkan produk riset yang siap dikomersialisasikan ke industri, sehingga bisa dirasakan manfaatnya oleh masyarakat. Di antara produk inovasi ITS yang telah dikawinkan dengan industri adalah mobil listrik, bus listrik, dan motor listrik. Bahkan dua produk terakhir merupakan yang pertama di Indonesia.

Prof Dr Ketut Buda Artana ST MSc, Wakil Rektor Bidang Penelitian, Inovasi, dan Kerja Sama mengaku senang atas anugerah tersebut. “Pertama, ITS mensyukuri dianugerahkan sebagai kampus dengan peringkat inovasi nomor satu,” ujarnya saat dihubungi ITS Online pada Rabu (8/11). Menurut Ketut, capaian ini tidak lepas dari iklim riset yang sangat positif di kalangan civitas academica ITS dan pengelolaan yang baik melalui Direktorat Inovasi, Kerja sama, dan Kealumnian.

Direktorat Inovasi, kata Ketut, memiliki tugas yang berdampingan dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM). Jika LPPM berfokus melaksanakan riset, maka Direktorat Inovasi bertugas mengonversikan hasil riset di LPPM menjadi produk inovasi yang siap dikomersialisasikan ke industri.

Pada prinsipnya, sebelum hasil riset diterapkan oleh masyarakat, perlu dilakukan pengujian berupa Tingkat Kesiapan Teknologi (TKT). TKT sendiri merupakan indikator yang menunjukkan seberapa matang suatu teknologi dapat diterapkan. Indikator ini memiliki rentang nilai satu hingga sembilan. Di ITS, riset yang dilakukan LPPM ditargetkan mencapai level enam. ”Kemudian untuk menaikkan TKT dari level enam menjadi sembilan adalah tugas Direktorat Inovasi,” jelas Guru Besar di Fakultas Teknologi Kelautan tersebut.

Level enam, lanjut Ketut, berarti bahwa produk teknologi dapat diuji di skala laboratorium. Sedangkan level sembilan menandakan bahwa produk teknologi telah benar-benar teruji dan berhasil dioperasikan. ”Banyak produk inovasi ITS yang sudah mencapai level tujuh, delapan, dan sembilan. Itu lah salah satu alasan mengapa Kemristekdikti memberikan award inovatif kepada ITS,” ujar Ketut mantap.

Motor listrik Gesits, salah satu produk inovasi ITS yang telah digaet industri dan diproduksi secara massal.

Tak hanya itu, saat ini, para peneliti ITS juga banyak memenangkan hibah kompetitif inovasi dari Kemristekdikti. Pada 2017, kata dosen yang meriah gelar doktoral dari Kobe University, Jepang ini, total dana yang dimenangkan ITS kurang lebih sekitar Rp 15 milyar hingga Rp 16 milyar, di samping dana lokal yang diberikan oleh ITS. “ITS sendiri memberikan hibah sekitar Rp 2 milyar sampai Rp 2,5 milyar untuk menaikkan TKT. Jadi total yang diterima para peneliti ITS sekitar Rp 17,5 milyar,” jelasnya.

Insentif dana yang diberikan kepada peneliti ITS ini memiliki peran penting untuk menaikkan TKT dari produk riset, yaitu mengubah produk skala lab menjadi skala industri melalui proses pengujian dan sertifikasi. Jika sudah disertifikasi, produk inovasi tersebut dikirimkan ke Badan Pengelola dan Pengembangan Usaha (BPPU) ITS. “Mereka yang bertugas menjual dengan mitra melalui tangan kanannya, yaitu PT. ITS, sebuah perseroan terbatas milik ITS,” imbuhnya.

Ketut berharap, prestasi ini bisa memantik semangat civitas academica ITS untuk meningkatkan komersialisasi produk riset, baik dosen maupun mahasiswa. Karena ke depan, tantangan ITS sebagai PTN BH adalah bagaimana semua produk inovasi dapat dikomersialisasikan sehingga bermanfaat untuk masyarakat. ”Sekaligus juga menjadi penghasilan bagi ITS untuk menunjang program akademik, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat,” pungkasnya optimis. (mbi/mis)

Berita Terkait