ITS News

Minggu, 01 September 2024
19 November 2017, 11:11

Mengenal Hantu Perusahaan Minyak dan Gas

Oleh : gol | | Source : -

Ajeng Salindri Wulandari ST MT ketika menjadi pembicara di kuliah tamu Problems and Corrosion Control in Oil dan Gas Pipeline di Aula Oedjo Djoeriaman Teknik Kimia ITS (Sabtu 18/11).

Kampus ITS, ITS Online- Sejak tahun 2014, harga minyak dunia dihantam hingga menempati posisi terendah. Kondisi ini memaksa perusahaan minyak dan gas untuk meminimalisir biaya produksinya. Namun ada satu hal yang menjadi hantu dalam produksi minyak dan gas. Yakni peralatan yang tidak selamanya baik dan tahan lama akibat korosi. Hal ini disampaikan dalam kuliah tamu bertajuk Problems and Corrosion Control in Oil dan Gas Pipeline di Aula Oedjo Djoeriaman Teknik Kimia ITS Sabtu, (18/11).

Ajeng Salindri Wulandari ST MT, ahli operasional SKK Migas didapuk menjadi pembicara di kuliah tamu ini. Ajeng menceritakan dalam sejarah pengeboran minyak dari 1967, Indonesia menggunakan lebih dari 30 ribu peralatan dan lebih dari 500 platform. “Dalam memilih peralatan pasti setiap perusahaan ingin yang murah dan berkualitas. Oleh karena itu, peralatan yang digunakan berasal dari material besi dan baja karena harganya murah” ungkapnya.

Sayangnya, besi dan baja memiliki kelemahan, yakni rawannya kedua material tersebut pada korosi. Ini merupakan masalah besar, karena pipa adalah peralatan kunci sebah industri minyak dan gas. Ajeng menjelaskan korosi terbentuk ketika metal, koroden, dan oksigen bertemu. Jika korosi terbentuk maka akan membuat crack atau retakan pada pipa. “Jika dibiarkan terlalu lama, lubang dan kerusakan akan terjadi pada pipa,” ungkapnya. Kerusakan ini jika tidak di cegah sejak awal akan membuat perusahaan tersebut mengganti peralatan dan tentu menambah biaya.

Maka dari itu Ajeng mengungkapkan para engineer perlu  untuk mengetahui bagaimana cara mengatasi korosi pada pipa. Lebih baik untuk mencegah dari awal datangnya korosi daripada memperbaiki karena jika sudah terjadi korosi biaya perawatannya mahal. ”Tahapan yang perlu dilakukan untuk mengondisikan korosi sebelum terlambat yakni dengan pemilihan bahan baku, kontrol alam sekitar, pemeliharaan dan pemantauan yang teratur membuat korosi dapat dicegah,” jelasnya.

Carta Kharisma ST, inspection engineer di Vico Indonesia menambahi pencegahan awal korosi dilakukan dengan memperhatikan ketebalan pipa metal. Hal ini karena ketebalan pipa memengaruhi kualitas dan harga pipa tersebut. Semakin tebal pipa maka ketahanannya pada korosi semakin bagus, namun biayanya tentu akan lebih mahal. “Oleh karena itu perlu kajian mendalam bagi perusahaan agar bisa mendapat pipa dengan kualitas bagus dan harga tidak terlalu mahal. Ciri dari kualitas bagus pada pipa metal yakni korosi terjadi sesuai perhitungan ,” jelasnya.

Cara lain untuk mencegah korosi adalah dengan metode coating, katodik, dan penggunaan bahan kimia. Cara coating dapat dilakukan dengan pelapisan dengan berbagai bahan yang dapat mencegah korosi. Cara katodik dapat dilakukan dengan menanam anoda sehingga membuat logam tersebut menjadi katoda dan korosi tidak terjadi.

Sedangkan cara penggunaan bahan kimia dengan cara pemakaian inhibitor corrosion. Bahan ini umumnya berbentuk fluid dan dilakukan injeksi pada production line. Untuk pemilihan inhibitor corrosion disesuaikan material yang digunakan. “pencegahan ini harus dilakukan oleh engineer karena mengatasi pipa yang telah mengalami korosi akan jauh lebih mahal lagi,” pungkasnya. (AP14/gol)

Berita Terkait