ITS News

Minggu, 01 September 2024
01 Desember 2017, 06:12

Indonesia Bisa Jadi Poros Maritim Dunia

Oleh : gol | | Source : -

Ir. Tjahjono Roesdianto sedang menyampaikan materi kuliah tamu Manajemen Galangan (Dokumen Pribadi)

Kampus ITS,ITS News – Departemen Teknik Kelautan ITS menghadirkan alumninya mengisi kuliah tamu dengan topik Manajemen Galangan, Jumat (17/11). Dalam kesempatan ini Ir. Tjahjono Roesdianto, Direktur PT. Krakatau Shipyard memotivasi para mahasiswa Teknik Kelautan untuk bergabung mewujudkan tol laut (maritime highway) Indonesia.

Cak yono sapaan akrabnya, menjelaskan bahwa Indonesia berpotensi menjadi poros maritim dunia, dikarenakan perdagangan barang di dunia 70 persen berada di Kawasan Asia Pasifik, 75 persen melalui laut, dan 45 persen melalui ALKI (Alur Laut Kepulauan Indonesia).

Negara- negara kawasan Asia Tenggara seperti Philipina dan Vietnam sukses memanfaatkan potensi yang demikian tersebut sehingga Philipina menempati posisi ke empat dibawah Jepang, China, dan Korea Selatan dalam bidang industri maritim. Sedangkan Vietnam menempati posisi ketujuh dan  Indonesia menduduki posisi ke-21.

“Vietnam dan Philipina berhasil mencapai prestasi seperti itu disebabkan oleh kebijakan pemerintahannya”, jelas Cak Yono.

Cak yono juga menyampaikan bahwa pemerintah Indonesia sudah mulai merencanakan strategi agar Indonesia berhasil menjadi poros maritim dunia, diantaranya lima pilar yang diungkapkan Presiden Joko Widodo pada konferensi tingkat tinggi Asia Timur pada tahun 2014. “Sekarang kita baru mulai, sayangnya tidak dari dulu kita sadar”, imbuhnya.

Salah satu pilar poros maritim yaitu memberi prioritas pada pengembangan infrastruktur dan konektivitas maritim, dengan membangun tol laut, yang bertujuan untuk menyediakan angkutan laut yang secara rutin, tepat waktu dan berkesinambungan.

Dalam materinya, serius menggarap tol laut, pada tahun 2015, Indonesia berhasil menetapkan 6 trayek di dalam Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan Laut Nomor AL.108/6/2/DJPL-15. Keputusanini meliputi jaringan trayek penyelenggaraan kewajiban pelayaran publik Indonesia, serta melakukan Investasi pengembangan 24 pelabuhan serta investasi penggandaan kapal pada tahun yang sama.

Direktur PT. Krakatau Shipyard ini menjelaskan bahwa Tol Laut Indonesia sejak 2015 sampai saat ini sudah berkembang menjadi 13 Trayek.  Sebanyak 12 diantaranya berada di wilayah Indonesia bagian timur dikarenakan perkembangan industri kemaritiman Indonesia di wilayah timur sangat rendah.

Ia juga menyampaikan bahwa hal tersebut dikarenakan permasalahan industri galangan kapal, diantaranya pengiriman yang terlambat, mahalnya produksi kapal di Indonesia, dan tidak efektifnya system kerja, “Semua permasalahan tersebut sebagian besar terjadi di Indonesia bagian timur,” terangnya.

Indonesia bagian timur mengalami kekurangan tenaga ahli dalam bidang teknologi laut dalam, infrastructure handicap, serta terjadi kelemahan biaya jasa maupun produk wilayah timur dibandingkan wilayah Barat mencapai 30 hingga 40 persen.

Dengan dioperasikannya 13 trayek tersebut industri kemaritiman Indonesia mengalami kemajuan, yaitu pada tahun 2016 terjadi peningkatan jumlah armada sebanyak 19.311 unit kapal (319 persen) dan peningkatan jumlah GT sebesar 526 persen.

“Dengan dioperasikannya tol laut ini infrastruktur maritim seperti pelabuhan dan galangan kapal akan semakin berkembang, karena pasti ada jatah preman yang bisa dimanfaatkan, dengan begitu jalan menuju Indonesia Poros Maritim Dunia berada didepan mata”, kelakar alumni teknik kelautan angkatan kedua itu diakhir materinya. (AP01/ven)

Berita Terkait