ITS News

Minggu, 01 September 2024
01 Desember 2017, 17:12

Latar Belakang Ilmu Bukan Penghalang Berwirausaha

Oleh : gol | | Source : -

Sigit Hendrawan berfoto bersama peserta workshop wirausaha

ITS, ITS NEWS – Latar belakang keilmuan tidak menjadi ukuran seseorang sukses membangun bisnisnya. Hal ini dibuktikan oleh  Sigit Hendrawan, seorang lulusan Departemen Teknik Mesin Industri yang memiliki rumah makan bebek Pak Joss dan Ayam Roaster. Kunci kesuksesan bisnisnya pun dibocorkan dalam kuliah tamu Bersama Departemen Teknik Mesin Industri pada Kamis (30/11).

Menurut alumni Departemen Teknik Mesin Industri angkatan 1994 tersebut, dalam memulai wirausaha tidak perlu memikirkan hal-hal yang rumit. Keberanian untuk memulai adalah langkah yang terpenting, selebihnya tinggal menjaganya agar tetap stabil. “Setelah itu mulai di konsep produknya, dan yang pasti harus ada profit,” jelasnya.

Setelah bisnis mulai berjalan, jam terbang mulai meningkat dan bekerja secara sistematis dalam membangun usaha memainkan peran yang strategis.  Sigit memberikan contoh nyata bagaimana dirinya memulai usahanya berbekal pengalaman dari bekerja di pabrik. Dengan mengandalkan jam terbang, ia menerapkan ilmu yang didapat saat bekerja di pabrik untuk membuat sistem dalam bekerja serta inovasi dalam produk usaha barunya.

“Saya terbiasa bikin Standar Operation Prosedure (SOP) di pabrik, jadi sekarang goreng bebek pun ada SOP-nya, tidak sembarang goreng”, ungkap pengusaha yang sering disapa Hendy Joss ini.

Namun di masa millennial ini tantangan yang dihadapi dalam membangun bisnis menjadi sedikit lebih kompleks. Para pebisnis yang memulai dengan membangun startup cenderung memiliki keinginan bisnis yang instan sehingga ingin mendapatkan hasil atau keuntungan tanpa mau berproses.

Sigit menekan bahwa bisnis itu butuh proses. Mengibaratkan seorang anak yang sedang belajar bersepeda, bagaimanapun seorang wirausaha pasti akan mengalami yang namanya jatuh. “Bisnis itu relevan, semakin banyak yang modal, semakin banyak pula kita akan rugi,” tambahnya.

Tidak hanya itu, para pendiri start-up masih banyak yang berwirausaha tetapi tidak setia dengan produknya sendiri sehingga sering mengganti konsep. Untuk itu lah menurut pria yang memulai bisnisnya dari gerobak ini, kenyamanan hati memegang peran penting untuk menjaga bisnis tetap berjalan. “Dulu saya pernah merintis bisnis tambang dengan profit besar, namun karena tidak merasa nyaman bisnis itu tidak berlanjut hingga sekarang,” terangnya.

Departemen Teknik Mesin Industri sendiri saat ini memiliki target dapat menghasilkan setidaknya lima persen alumninya sebagai seorang wirausahwan. Melalui kisahnya Hendy pun menunjukkan betapa latar belakang keilmuan sama sekali bukan penghalang untuk menjadi seorang wirausahawan. (AP06/Ven)

Berita Terkait