Kampus ITS, ITS News- Selama ini penggunaan Equivalent Axle Load (EAL) untuk menghitung tebal pengerasan jalan didasarkan pada teori fatigue cracking. Namun, pendekatan tersebut kurang sesuai untuk kondisi di Indonesia sehingga dibutuhkan persamaan EAL yang baru. Melalui disertasi yang diteliti Dr Catur Arif Prastyanto ST MEng, ia mempresentasikan penyelesaian masalah tersebut, Rabu (14/01).
Catur, sapaan akrabnya berhasil memperoleh nilai sangat memuaskan untuk disertasinya pada sidang terbuka promosi doktor yang baru dilaluinya ini. Disertasinya berjudul Dampak Beban Berlebih (Overloaded) pada Kendaraan Berat terhadap Persamaan Equivalent Axle Load (EAL) pada Perencanaan Perkerasan Jalan berdasarkan Teori Deformasi Permanen (Permanent Deformation).
Dalam disertasinya, Catur menanggapi permasalahan yang terjadi di Indonesia, yakni banyaknya jalan yang masih baru namun sudah mengalami kerusakan. Kerusakan tersebut salah satunya disebabkan oleh overloaded (muatan berlebih pada kendaraan, red). “Sebagian besar kendaraan, terutama truk pengangkut material mengalami kelebihan muatan mencapai seratus persen,” ungkapnya di awal sidang.
Selama ini penghitungan tebal struktur lapisan jalan yang berhubungan langsung dengan roda kendaraan menggunakan persamaan EAL yang didasarkan pada teori fatigue cracking (retak lelah, red). Dalam teori ini, tipikal kerusakan yang terjadi biasanya ditandai dengan retakan pada permukaan jalan.
“Sedangkan pada berbagai jalan yang dilalui kendaraan berat, banyak dijumpai adanya kerusakan yang cukup parah, yaitu terjadi penurunan (deformasi) jalan secara permanen yang tidak terjadi akibat fatigue cracking,” jelasnya. Hal tersebut menunjukkan penggunaan persamaan EAL yang didasarkan dengan pendekatan teori fatigue cracking kurang sesuai untuk kondisi di Indonesia.
Berdasarkan penelitiannya, Dosen Departemen Teknik Sipil ini menghasilkan persamaan baru untuk Single Axle Dual Wheel (SADW) dan Tandem Axle Dual Wheel (TADW). Persamaan temuannya didapat melalui teori pendekatan deformasi permanen dengan menggunakan data lendutan perkerasan jalan yang di dapat dari alat Falling Weight Deflectometer (FWD), Bengkelman Beam (BB), dan Linier Variable Displacement Transducer (LVDT).
Perbedaan nilai EAL antara teori deformasi permanen dan fatigue cracking terlihat jelas ketika perbandingan antara beban as aktual adalah sebesar 125% di atas beban as standar. Kondisi tersebut membuktikan mengapa berbagai jalan, terutama pada perkerasan jalan lentur yang dilalui kendaraan berat dengan beban overloaded cepat rusak sebelum akhir umur rencana jalan tercapai. (jun/gol)
Kampus ITS, ITS News — Sejak ditemukan pada 1862, plastik telah digunakan secara masif di dunia dan telah melahirkan
Kampus ITS, ITS News — Proses pembuatan batik sebagai warisan tanah air seringkali melibatkan penggunaan zat pewarna sintetis yang
Kampus ITS, ITS News — Terdapat lebih dari 13.000 sumur minyak terbengkalai di Indonesia yang memiliki potensi sebagai sumber energi
Kampus ITS, ITS News — Dalam upaya memperkenalkan pentingnya sertifikasi halal, tim Kuliah Kerja Nyata pengabdian Masyarakat (KKN Abmas)