ITS News

Minggu, 06 Oktober 2024
15 Maret 2018, 15:03

Teliti Efisiensi Tol Laut, Mahasiswa ITS Raih Juara

Oleh : itsrur | | Source : ITS Online

Dionisius Andre, Firliasari Sarah, dan Satria Wira Buana berfoto bersama usai menerima penghargaan di Universitas Sumatera Utara (USU), Medan.

Medan, ITS News – Efisiensi program Tol Laut (Sea-Toll) yang ditetapkan oleh pemerintah guna mengurangi kesenjangan harga komoditas barang di Indonesia, sampai saat ini belum diketahui secara pasti. Berdasar kondisi tersebut, tiga mahasiswa Departemen Teknik Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya mengajukan penelitian untuk memberikan solusi dan akhirnya berbuah sebagai juara pertama dalam ajang Industrial Engineering Fair di Universitas Sumatera Utara (USU) Medan, Rabu (14/3).

Adalah Dionisius Andre, Firliasari Sarah, dan Satria Wira Buana yang tergabung dalam tim Gardapati ITS yang melakukan pengamatan terhadap tiga komoditas pasar. Mereka memiliki tujuan untu menilai efisiensi program Sea-Toll sekaligus mengurangi kesenjangan harga komoditas barang di Indonesia. “Selain itu, kami juga ingin menilai kebijakan apa yang akan menjadi produktif bagi tujuan pemerintah tersebut,” jelas Dionisius Andre, yang dipercaya selaku ketua tim Gardapati ITS.

Mahasiswa yang akrab disapa Andre ini memaparkan bahwa penilitian yang mereka lakukan ini berdasar pada Indeks Harga Konsumen (IHK), Indikator Kinerja Logistik Domestik (Domestic Logistic Performance Indicator/DLPI), dan Indeks Daya Saing Global (Global Competitiveness Index/GCI) serta menggunakan sistem dinamis yang disebut Stella untuk disimulasikan.

Indeks Harga Konsumen (IHK) digunakan untuk mengukur perubahan harga barang dan jasa yang dikonsumsi konsumen dari waktu ke waktu. Untuk mengetahui selisih harga komoditas tersebut, Andre bersama tim membatasi komoditi tersebut ke dalam tiga kategori, yaitu beras medium (beras medium), minyak goreng curah, dan unggas ayam. “Menurut kami, komoditas ini merupakan komiditi yang banyak digunakan oleh rumah tangga Indonesia,” imbuh Andre.

Berdasarkan data harga yang dikumpulkan melalui database Kementerian Perdagangan Indonesia, dari tahun 2015 sampai 2017 dari 10 kota yang dilalui jalur Sea-Toll, yaitu Banda Aceh, Medan, Palembang, DKI Jakarta, Bandung, Surabaya, Banjarmasin, Makassar, Manado, dan Sorong membuktikan bahwa program Sea-Toll memberikan harga yang lebih stabil dari waktu ke waktu. “Hal tersebut ditunjukkan oleh adanya efek positif dalam penurunan harga disparitas pada unggas ayam dan beras,” ungkap Andre.

Berdasarkan DLPI, efisiensi program Sea-Toll dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu tingkat biaya dan ongkos, dan kualitas infrastruktur. Selain itu, potensi besar ditunjukkan oleh GCI, yaitu peringkat Indonesia dalam hal infrastruktur yang tinggi mendorong pemerintah untuk memerbaiki infrastruktur.

Mahasiswa angkatan tahun 2014 ini menyampaikan, investasi infrastruktur perlu dijaga agar terus memberikan dampak positif terhadap kondisi logistik Indonesia, sehingga nilai DLPI di Indonesia semakin tinggi seiring berjalannya waktu. “Tim kami juga menyarankan program Sea-Toll dapat terus dilaksanakan karena program ini cukup produktif untuk mengurangi kesenjangan harga komoditas barang di Indonesia,” ujarnya.

Dalam kompetisi yang diselenggarakan oleh Himpunan Mahasiswa Teknik Industri (HMTI) USU tersebut, tim Gardapati ITS juga diberikan studi kasus mengenai permasalahan PT Pelabuhan Indonesia (Pelindo) I. Mereka pun akhirnya dinilai berhasil menyelesaikan studi kasus yang diberikan dengan memberikan solusi jangka pendek, menengah, dan panjang. (rur/Humas ITS)

Berita Terkait