ITS News

Minggu, 06 Oktober 2024
16 Maret 2018, 14:03

Solusi Bendungan Boya Ala Mahasiswa ITS

Oleh : itsmis | | Source : -

Mahasiswa ITS meraih juara 3 dalam Lomba Desain Konstruksi Bendungan Nasional di Makassar.

Kampus ITS, ITS News – Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya kembali menorehkan prestasi. Kali ini, dari tiga mahasiswa Departemen Teknik Infrastruktur Sipil yang sukses menyabet juara tiga dalam Lomba Desain Konstruksi Bendungan Nasional Civil in Progressive (CIP) 2018. Bertempat di Universitas Muhammadiyah Makassar, perlombaan berlangsung selama enam hari hingga Sabtu (10/3).

Tergabung dalam tim CT-BA15, Muhammad Arsy Dhyaksaputra, Aisyah Nur Mufdhillah, dan Afry Rabel, mengaku terinspirasi dari permasalahan Bendungan Boya, Kabupaten Enrekang, Sulawesi Selatan. Oleh masyarakat setempat, pembangunan Bendungan Boya sempat diwarnai penolakan. Berangkat dari konflik tersebut, tim ini berinovasi membuat bendungan yang mampu memberikan ruang interaksi bagi warga sekitar.

“Kami ingin membuat sebuah bendungan yang terbuka untuk umum. Bukan sekadar bendungan yang dibatasi pagar tinggi dan dimasuki orang-orang tertentu saja,” ungkap mahasiswa yang akrab disapa Arsy ini.

Mahasiswa tingkat akhir yang mengambil konsentrasi minat bangunan air ini menyatakan, bangunan bendungan rancangan mereka memiliki lebih dari satu tujuan atau biasa dikenal sebagai multipurpose. “Kalau biasanya bendungan hanya digunakan untuk penggerak turbin pembangkit listrik, kami merancang sebuah bendungan yang berfungsi sebagai sarana pengairan dan pengendali banjir,” tambah Arsy.

Di bawah bimbingan Ir Ismail Sa’ud MMT, Arsy dan tim berusaha menampilkan konsep bendungan yang ekonomis. Material timbunan yang digunakan pun relatif murah. Di antaranya, clay (lempung), random pasir, serta batu. “Kemudian di lapisan paling atas kami menggunakan susunan batuan atau biasa dikenal rip-rap,” jelasnya.

Ditelisik lebih lanjut, Arsy mengaku terdapat  beberapa hambatan yang mereka rasakan selama pengerjaan  perhitungan konstruksi. Salah satunya adalah aturan tinggi bendungan yang rendah namun harus mampu memuat volume air yang besar. “Ditambah dengan tidak adanya data curah hujan, kami mulai membalik metode pengerjaan,” tambahnya.

Di balik itu semua, Arsy berharap prestasi ini dapat memacu motivasi mahasiswa Departemen Teknik Infrastruktur Sipil yang lain untuk terus menuai prestasi, terutama bagi yang mengambil konsentrasi bangunan air. (hen/jel)

Berita Terkait