Kampus ITS, ITS News – Mahasiswa Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya kembali menghasilkan karya. Kali ini mahasiswa dari Departemen Teknik Industri yang memberikan rekomendasi pada sistem bagasi pesawat, sehingga nantinya para penumpang tidak perlu lagi menunggu terlalu lama.
Mereka adalah Farras Rahardini Azizah, Mayangkautserina, Ahmad Avisiena, dan Fachreza Reynaldi. Mereka memberikan ide untuk mempercepat penurunan bagasi saat penumpang berada di bandara dalam keadaan penerbangan padat. Ide ini dikompetisikan dalam ajang Industrial and System Engineering Competition di Universitas Indonesia, yang memuat studi kasus di Bandara Internasional Soekarno Hatta Terminal 3, Cengkareng.
Farras mengatakan, “Terminal 3 di Bandara Soekarno Hatta kebanyakan untuk destinasi internasional, sehingga bandara sangat padat pendatang.” Oleh karena itu, imbuhnya, ketika masih padat akan pendatang yang menjadi permasalahan adalah sistem bagasi. Sistem bagasi ini adalah sistem agar bagasi bisa cepat sampai pada penumpang saat kedatangan di bandara.
Menurut Farras, salah satu masalah yang masih dihadapi pengelola bandara saat ini adalah mencari cara bagaimana agar para penumpang bisa cepat mengambil barang bawaan mereka tanpa harus menunggu lama.
Mahasiswa angkatan 2014 ini menambahkan bahwa untuk peraturan di Indonesia sendiri regulasi bagage handling system diatur dengan ketetapan waktu tunggu 25 – 40 menit. “Ini sangat berbeda dengan Bandara Changi Singapura yang hanya memerlukan waktu tunggu tujuh menit,” ungkap mahasiswa ini.
Farras menuturkan, terdapat banyak perbedaan antara Bandara Soekarno Hatta dan Changi. “Perbedaan yang mencolok adalah konveyor di Bandara Changi lebih cepat, standar kerja lebih tinggi, dan teknologi lebih canggih,” ujar wanita yang menjadi asisten laboratorium Sistem Manufaktur ini.
Farras menambahkan bahwa di Bandara Soekarno Hatta Terminal 3 pada setiap pintu penerimaan bagasi hanya terdapat dua karyawan. “Ditakutkan saat pesawat sedang arrival, karyawan pada salah satu pintu konveyor akan kewalahan ketika memindahkan barang bawaan dari dolly (kereta angkut di bandara, red) ke konveyor dan ketika sedang tidak ramai mereka tidak melakukan apa-apa,” sambung mahasiswa yang menjadi Top 5 di perlombaan Industtial Engineering (IE) Universitas Indonesia, beberapa waktu lalu.
Solusi yang ditawarkan Farras dan timnya adalah manajemen penempatan dan alokasi waktu oleh pegawai bagian transfer bagasi ke konveyor. “Ketika salah satu pintu konveyor bagasi sepi dan konveyor lain sedang ramai, karyawan pada konveyor sepi tersebut langsung dipindah ke bagian yang ramai untuk membantu,” lanjut Farras.
Dengan cara ini, kata Farras, maka dapat diminimalisasi waktu tunggu pada sebuah konveyor dengan akibat terlalu lama memindahkannya. “Cara ini efektif apabila tidak ingin mengganti teknologi yang ada, karena dengan menambah karyawan dapat mempercepat terselesaikannya pemindahan barang,” cetus Farras.
Farras juga mengatakan bahwa bagage handling system penting karena berkaitan dengan kepuasan konsumen. “Semakin cepat barang sampai kepada penumpang, maka semakin sedikit waktu tunggu penumpang pesawat di bandara dan tentu ini akan memenuhi kepuasan pelanggan,” pungkas Farras. (qin/Humas ITS)
Kampus ITS, ITS News — Guna mendorong digitalisasi desa, tim Pengabdian Masyarakat (Abmas) Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) memasang
Kampus ITS, ITS News — Dalam upaya membekali mahasiswa dengan inspirasi untuk mempersiapkan perjalanan akademiknya, Institut Teknologi Sepuluh Nopember
Kampus ITS, ITS News — Generasi muda dituntut untuk cepat beradaptasi di era digital ini, terutama dalam dunia koperasi
Kampus ITS, ITS News — Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) senantiasa berupaya meningkatkan kualitas pendidikan tanah air. Kali ini,