ITS News

Jumat, 15 November 2024
22 April 2018, 03:04

Pentingnya Faktor Sejarah Dalam Berarsitektur

Oleh : itsmis | | Source : -

Prof Johan Silas ketika memaparkan materi mengenai memori dalam arsitektur.

Departemen Arsitektur ITS, ITS News – Memori atau sejarah merupakan bagian penting yang lekat dengan arsitektur. Hal ini dibahas bersama tiga pemateri dalam Talkshow ArchProject 2018 yang diselenggarakan oleh Departemen Arsitektur ITS. Acara yang digelar di Ruang Djelantik, Sabtu (21/04) tersebut mengangkat tema Memory in Architecture.

Pemateri pertama, Prof Ir Johan Silas memaparkan keterkaitan antara unsur sejarah dan perkembangan sebuah kota. Mengambil contoh Kota Surabaya, guru besar Departemen Arsitektur ITS ini menyoroti sikap pemerintah Kota Surabaya yang banyak belajar dari sejarah Surabaya di masa lalu. Hal ini tercermin pada peningkatan fasilitas dan infrastruktur serta semakin optimalnya sistem yang menunjang visi Surabaya menjadi smart maupun green city.

Pria berusia 82 tahun ini menuturkan jika memori akan penjajahan di Surabaya membawa pelajaran berharga, salah satunya adalah pentingnya mengambil keputusan dengan matang. Sama seperti rakyat Surabaya yang memutuskan mempertahankan kemerdekaan, pemerintah ataupun masyarakat sekarang harus memiliki alasan yang kuat jika ingin mengambil sebuah keputusan.

“Terciptanya sebuah bangunan harus memiliki alasan, tujuan dan cerita. Sehingga setiap perubahan di dalamnya tentu harus memiliki pertimbangan yang matang,” ungkap dosen Laboratorium Perumahan dan Permukiman tersebut.

Selaras dengan Johan, Bambang Eryudhawan sebagai pemateri lainnya juga menekankan aspek sejarah dalam proses berarsitektur. Anggota Ikatan Arsitek Indonesia (IAI) nasional ini memandang peran sejarah dalam arsitektur sebagai bukti terjadinya atau terbentuknya sesuatu.

Sayangnya, pandangan tersebut kadang disalahartikan sebagai kejayaan masa lalu dan digunakan sebagai alasan untuk menjatuhkan masa sekarang. “Kita boleh membanggakan masa lalu, namun kalau ternyata hal itu mengandung sisi buruk tetap harus ditinggalkan,” ungkap pria yang akrab disapa Yudha tersebut.

Ia mencontohkan, ketika pemerintah Jakarta nyaris membangun ulang Amsterdam Hall. Kesalahan persepsi di sini adalah melihat sejarah hanya dari satu sisi, yaitu keindahan bangunan era kolonialisme. Meskipun indah dan dapat menjadi daya tarik kota, namun bangunan yang telah terbongkar tersebut merupakan bukti penaklukan Indonesia atas Belanda. Sehingga pembangunan kembali tersebut bukan merupakan solusi terbaik dalam hal penataan kota.

Disisi lain, Co-founder LAB (Local Architecture Bureau) Studio, Gemawang Swaribathoro yang juga sebagai pemateri terakhir mengungkapkan peran penting sejarah bagi arsitek. Menurutnya, banyak data dan pengetahuan yang didapat ketika memasukkan unsur sejarah dalam proses desain.

Sekecil apapun riset sejarah yang didapatkan, tetap akan memberikan ide ataupun gagasan baru dalam proses merancang. “Memori sangat erat kaitannya dalam berarsitektur, entah hanya sebagai romantisme ataupun nafas dari arsitektur itu sendiri,” pungkasnya. (wim/qi)

Berita Terkait