ITS News

Minggu, 06 Oktober 2024
26 April 2018, 12:04

Teknik Kimia ITS Gelar Konferensi Biorefinery dan Ethanol

Oleh : itsmis | | Source : -

Para Biorefinery Conference dan Ethanol Workshop berfoto bersama.

Kampus ITS, ITS News – Alumni Teknik Kimia ITS (Altekim ITS) berkolaborasi dengan Departemen Teknik Kimia ITS dan Praj Industries Limited India untuk menggelar Biorefinery Conference dan Ethanol Workshop. Kegiatan ini diselenggarakan guna membahas masa depan pengembangan industri biorefinery dan teknologi ethanol. Acara ini berlangsung selama dua hari 25-26 April, di Hotel Santika Premier Surabaya.

Melalui sambutan, Yoke C Katon ST MM, mewakili Ketua Umum Altekim ITS, menyatakan bahwa Indonesia sebagai salah satu negara agraris yang besar di dunia. Sehingga, Indonesia memiliki potensi sebagai lokasi industri biorefineries yang besar. Karenanya, dalam konferensi dan workshop ini memiliki empat tujuan utama. Di antaranya adalah mendukung pengembangan industri biorefineries sebagai industri Indonesia masa depan berbasis bio dan bahan terbarukan yang tersedia melimpah di Indonesia.

Selanjutnya guna mendorong pembentukan Kawasan Sains dan Teknologi (KST) yang diinisiasi departemen Teknik Kimia ITS dalam rangka pengembangan teknologi di bidang bio dan pharmaceutical engineering.

Tak hanya itu, pertemuan ini juga bertujuan untuk memberikan pengetahuan tentang perkembangan terbaru dalam teknologi etanol sebagai bahan baku biokimia masa depan. Dalam forum ini pun juga dirumuskan saran kepada pemerintah terkait pengembangan industri berbasis biomassa.

“Di antaranya, pemerintah diharapkan melaksanakan Bab II Pasal 2 PP No. 5 Tahun 2006. Di situ disebutkan bahwa pemenuhan konsumsi energi di Indonesia ditargetkan berasal dari biofuel yang jumlahnya sebesar 5% dari total konsumsi energi,” ujar Setiyo Gunawa PhD, salah satu panitia penyelenggara Biorefinery Conference dan Ethanol Workshop.

Selain itu, saran yang diberikan yaitu pertamina harusnya membeli etanol dari para produsen bioetanol di Indonesia. Dan untuk meningkatkan nilai oktan premium, maka lebih baik menambahkan bioetanol.

“Karena bioetanol ramah lingkungan dengan nilai oktan 120 daripada menambahkan chemical agent, methyl tert-butyl ether (MTBE). MTE ini sangat beracun bagi kehidupan manusia karena nilai oktannya 112,” jelas Setiyo yang juga Koordinator BKK PII Jawa Timur sekaligus Sekretaris Departemen Teknik Kimia ITS.

Di samping itu, pada konferensi dan workshop ini, terdapat informasi dan penjelasan terkait roadmap biorefinery di Indonesia. Penjelasan tersebut disampaikan oleh Ir Muhammad Khayam MT, Direktur Industri Kimia Hulu mewakili Direktur Jenderal Industri Kimia, Tekstil, dan Aneka. (mir/Humas ITS)

Berita Terkait