ITS News

Kamis, 14 November 2024
03 Mei 2018, 18:05

Dubes Kanada Tinjau Kerja sama Pengembangan Ilmu Aktuaria dengan ITS

Oleh : itsmis | | Source : -

Dubes Kanada untuk Indonesia HE Peter MacArthur (kiri) dan Rektor ITS Prof Joni Hermana.

Kampus ITS, ITS News – Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya, Kamis (3/5), menerima kunjungan dari delegasi Kedutaan Besar Kanada yang dipimpin langsung oleh Duta Besar Kanada untuk Indonesia H E Peter MacArthur. Kehadiran delegasi ini guna membahas perkembangan kerjasama antara ITS dengan beberapa universitas di Kanada, utamanya terkait pengembangan jurusan Aktuaria di Indonesia.

Seperti diketahui, mulai tahun ini ITS telah membuka Departemen Sains Aktuaria yang telah diinisiasi oleh dua departemen yang ada sebelumnya, yakni Matematika dan Statistika. Untuk pendirian departemen Sains Aktuaria ini, ITS juga telah menjalin kerja sama dengan University of Waterloo, Kanada. Pemerintah Kanada sendiri selama ini dikenal sangat concern terhadap pengembangan ilmu aktuaria.

Dalam sambutannya, Rektor ITS Prof Joni Hermana MSc ES PhD mengatakan, departemen Sains Aktuaria ini sangat prospektif di masa depan. “Saya berharap ada kerja sama lain dengan universitas-universitas di Kanada dengan ITS untuk pengembangan ilmu akturia ini lebih jauh lagi,” tutur guru besar Teknik Lingkungan ini.

Menanggapi hal tersebut, H E Peter MacArthur mengungkapkan rasa senangnya untuk bisa bekerja sama dengan ITS. “Kami sangat senang bisa memfasilitasi program ini, karena pada dasarnya Kanada dan Indonesia sejak lama sudah banyak melakukan kerja sama di bidang lain,” ujarnya sambil menunjukkan video tentang perjalanan kerja sama antara Indonesia dan Kanada selama ini.

Saat diungkapkan masih minimnya kerja sama yang ada antara ITS dengan universitas di Kanada, Dubes Kanada ini berjanji akan membantu mengupayakan peningkatan kerjasama dengan universitas-universitas yang ada di Kanada. “Ke depannya pengembangan kerja sama akan terus kami (Pemerintah Kanada, red) tingkatkan mulai dari kerja sama penelitian, training, maupun pemberian beasiswa,” bebernya.

Namun, imbuhnya, tentu saja nantinya akan ada peningkatan dalam seluruh aspek yang berkaitan dengan ilmu aktuaria, dan tidak menutup kemungkinan adanya kerja sama program studi master degree di University of Waterloo.

Sementara itu, Dr rer pol Heri Kuswanto Msi SSi, Ketua Departemen Pascasarjana Statistika menjelaskan, aktuaria merupakan ilmu yang mempelajari pengelolaan risiko keuangan di masa mendatang. Namun, hampir 90 persen aktuaris yang bekerja di Indonesia saat ini masih merupakan tenaga ahli dari luar Indonesia. Karena itu, Presiden RI Joko Widodo menginstruksikan perguruan tinggi di Indonesia untuk mendirikan program studi aktuaria.

“Ada delapan perguruan tinggi yang ditunjuk untuk mendirikan program aktuaria ini, di antaranya ITS, ITB, UI, IPB, Universitas Negeri Malang (UM), Universitas Pelita Harapan (UPH), dan Universitas Prasetiya Mulya,” terangnya.

Heri mengatakan, untuk lebih memaksimalkan dan memajukan Departemen Sains Aktuaria yang terhitung baru ini, ITS menggandeng University of Waterloo melalui sebuah lembaga non-government dari Kanada bernama Risk Management, Economic Sustainability and Actuarial Science Development in Indonesia (READI), dan Pemerintah Kanada dalam hal ini memfasilitasi dosen serta mahasiswa dalam bentuk pemberian beasiswa.

“Sebanyak 18 mahasiswa saat ini mendapatkan beasiswa dari READI berupa biaya kuliah dan living cost selama kuliah di ITS,” papar Heri. Sedangkan dua dosen yang sudah kembali dari Kanada telah mendapatkan fasilitas berupa pelatihan langsung di University of Waterloo. Para mahasiswa yang mendapatkan beasiswa tersebut berasal dari Departemen Matematika dan Statistika, dikarenakan Departemen Sains Aktuari baru akan menerima mahasiswa tahun ini.

Dari delapan perguruan tinggi yang ditunjuk untuk mengembangkan ilmu aktuaria di universitasnya, hanya ITS, UI dan IPB yang sudah berhasil mendirikannya. “Namun dari ketiganya tersebut, yang berhasil berdiri sendiri sebagai sebuah departemen hanya ITS, sedangkan UI dan IPB masih dalam bentuk program studi yang berada di bawah jurusan matematika,” tambah Heri.

Sementara itu, Wakil Dekan Fakultas Matematika, Komputasi, dan Sains Data (FMKSD) Dr Dra Ismaini Zain MSi menambahkan, saat ini ada dua orang dosen lagi yang dikirimkan ke University of Waterloo untuk mempelajari kurikulum ilmu aktuaria, mulai 30 April – 4 Mei. “Saat ini lebih fokus pada pembahasan penerapan program Co-Op (Co-Operation, red), yakni program magang perusahaan namun jangka waktunya satu semester dan diberi gaji layaknya karyawan,” ungkap dosen Statistika ini.

Selain itu, lanjutnya, fasilitas yang diberikan oleh READI adalah Math Outreach yakni kegiatan penyuluhan untuk mengenalkan aktuaria secara detail. “Hal ini sudah berjalan satu tahun dan berbuah manis. Alhamdulillah ilmu akturia banyak diminati oleh calon mahasiswa yang akan masuk ITS,” ungkapnya. (ifa/Humas ITS)

Dubes kanada untuk Indonesia HE Peter MacArthur bersama jajaran pimpinan ITS.

Berita Terkait