Kampus ITS, ITS News – Bukan rahasia lagi, disparitas pendidikan di perguruan tinggi terutama antara Indonesia bagian Barat dan Timur memang terjadi. Dari data Kementrian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti), 100 perguruan tinggi terbaik di Indonesia sampai saat ini dikuasai oleh perguruan tinggi dari Pulau Jawa dan Sumatra. Untuk menutup jarak ini, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) aktif turun tangan untuk membesarkan perguruan tinggi di Indonesia timur. Lantas apa saja kontribusi ITS dalam menutup kesenjangan di Indonesia Timur?
Ditemui oleh Tim ITS Online, Kamis (26/4) Wakil Rektor ITS Bidang Penelitian, Inovasi dan Kerja Sama, Prof Dr Ketut Buda Artana ST MSc, mengungkapkan sejak tahun 2006, ITS sudah menunjukkan keseriusannya untuk membantu pemerintah dalam mengembangkan pendidikan tinggi di Indonesia Timur.
Dari segi penelitian, kontribusi ITS berawal dari kerjasama antara ITS dan Japan International Coorperation Agency (JICA) dalam rangka mengembangkan teknologi informasi dan komunikasi pada empat perguruan tinggi di wilayah Indonesia Timur. Kerjasama ini terus berkembang hingga melibatkan 35 perguruan tinggi meskipun di bawah payung yang berbeda.
Antusiasme perguruan tinggi di Indonesia Timur, kata Ketut, mendorong ITS untuk terus melanjutkan kerja sama meskipun kontrak dengan JICA telah berakhir. “Mulai tahun 2012 dibentuklah konsorsium bernama Eastern Part of Indonesia-University Network (EPI-UNET) dimana ITS menjadi perguruan tinggi pembina dalam rangka meningkatkan kualitas dan daya saing perguruan tinggi Indonesia bagian timur,” tambah alumnus Teknik Sistem Perkapalan ITS tersebut.
Berbeda dengan kerja sama dengan JICA, diakui Ketut, pendanaan untuk EPI-UNET dilakukan ITS secara mandiri. “Adalah cita-cita ITS untuk meningkatkan kontribusi nasional melalui peningkatan kualitas pendidikan di wilayah Indonesia Timur,” tuturnya sembari mengulas senyum.
Untuk mencapai cita-cita tersebut, lanjut Ketut, EPI-UNET membuka kerjasama dalam tiga bidang, meliputi penelitian, pengembangan internasionalisasi, dan penjaminan mutu. “Selain melakukan pertemuan setiap setahun sekali, partisipan EPI UNET juga tergabung dalam Sistem Informasi Manajemen (SIM) yang memungkinkan untuk saling bertukar informasi secara real time tanpa terhambat oleh jarak,” jelasnya.
Disinggung soal kerja sama yang ditawarkan, Guru Besar Teknik Sistem Perkapalan ITS ini menjelaskan di bidang penelitian dosen dari perguruan tinggi di Indonesia Timur dapat bergabung dalam penelitian yang dilakukan ITS. “Melalui EPI UNET kami tawarkan beberapa penelitian dan perguruan tinggi lain dapat menjadi mitra, pun begitu sebaliknya perguruan tinggi lain juga dapat menawarkan penelitianya di SIM tersebut,” paparnya.
Sedangkan dalam hal internasionalisasi, jelas Ketut, ITS membantu perguruan tinggi di Indonesia bagian Timur untuk mulai membuka international office masing-masing. Selain itu, secara berkala ITS mengirimkan mahasiswanya untuk menularkan semangat internasionalisasi ke Indonesia bagian timur. “Kami edukasi mereka soal pentingnya mengirim mahasiswa belajar ke luar negeri, ITS juga menfasilitasi partisipan EPI UNET untuk mengirimkan mahasiswanya melalui jaringan yang dimiliki ITS sehingga tidak perlu memulai dari awal,” tuturnya bersemangat.
Diakui oleh Ketut, melalui program ini para petinggi di perguruan tinggi Indonesia Timur merasa lebih diakui keberadaannya. “Kalau bahasa jawanya merasa lebih di wong-ke (diorangkan, red) karena memang perbedaan kualitas antara Indonesia Barat dan Indonesia Timur ini jauh sekali sehingga dibutuhkan banyak usaha dan waktu untuk mengatasi masalah tersebut,” terang pria kelahiran Pulau Dewata tersebut.
Terlebih, lanjut Ketut, hingga saat ini pihaknya belum menemukan konsorsium sejenis EPI-UNET di Indonesia. Dikatakannya, model ini dapat ditiru oleh Kemenristekdikti dalam rangka menurunkan disparitas kualitas pendidikan tinggi di Indonesia. “Perguruan tinggi kelas atas dapat menjadi pembina bagi perguruan tinggi lain di sekitarnya sehingga tanggung jawab ini seluruhnya tidak hanya dibebankan ke Kemenristekdikti,” usulnya.
Di sisi lain, Sekretaris Institut, Dr Dra Agnes Tuti Rumiati MSc, menambahkan EPI-UNET nantinya juga akan diperkaya dengan pengetauhan terkait green eco campus dan branding perguruan tinggi. Dosen Statistika ITS ini mengatakan keberadaan ITS sebagai kampus terhijau nomor tiga Indonesiah dapat menjadi acuan bagi perguruan tinggi di Indonesia Timur untuk ikut menerapkan green eco campus di universitasnya. “Pada dasarnya, kami ingin berbagi pengetauhan soal apa yang kami ketauhi pada teman-teman di Indonesia Timur supaya bisa maju bersama-sama,” jelas Agnes.
Tak dapat dipungkiri, kata Agnes, perguruan tinggi saat ini harus mulai memperhatikan aspek-aspek lain selain aktivitas utamanya. “Seperti branding misalnya, kalau kita berhasil “menjual” perguruan tinggi dengan baik peminat pada perguruan tinggi pasti akan meningkat,” kelakar Agnes.
Di akhir, baik Agnes maupun Ketut sama-sama sepakat bahwa adalah cita-cita ITS untuk berkembang dan maju bersama perguruan tinggi lain di Indonesia bagian Timur. “Pemerataan pendidikan adalah cita-cita kita bersama, ITS tidak mau besar sendiri karena kita harus besar bersama demi pendidikan di Indonesia yang lebih baik,” pungkasnya. (lys/gol)
Kampus ITS, ITS News — Beberapa tradisi budaya masyarakat Indonesia bisa terancam punah akibat adanya beban pembiayaan kegiatan yang lebih
Kampus ITS, ITS News — Tak henti-hentinya, tim riset Nogogeni Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) kembali mencetak prestasi dalam ajang
Kampus ITS, ITS News — Menjawab tantangan perkembangan teknologi komunikasi masa kini, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) menghadirkan Program Studi
Kampus ITS, ITS News — Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) tak henti-hentinya melahirkan inovasi baru guna mendukung ekosistem halal di