Departemen Teknik Biomedik, ITS News – Rekayasa medis yang dilakukan oleh seorang insinyur biomedis tak lepas dari kemampuan analisis fisiologis. Kemampuan mengetahui kondisi tubuh pasien dengan melihat respon fisiologi sangat diperlukan untuk menciptakan inovasi yang berguna untuk mendeteksi kebutuhan pasien.
Teknik biomedis bisa dipandang dari dua sisi, yaitu dari sisi aplikasi medis dan dari sisi keteknikan. Seorang insinyur biomedis harus memiliki kedua sudut pandang tersebut. Seperti halnya spesialisasi di bidang kedokteran, beberapa sub-bidang Teknik Biomedik juga diidentifikasi sesuai bagian sistem tubuh manusia, terutama bidang anatomi dan fisiologi.
“Untuk itu seorang teknisi biomedik juga perlu memahami respon fisiologis organ tubuh manusia,“ ungkap dr Irfiansyah Irwadi MSi AIFO, ahli ilmu faal di Indonesia tersebut.
Irsyah, sapaan akrabnya menyampaikan seorang insinyur biomedis harus mampu menerapkan prinsip fisiologi untuk melakukan Anamnesis. Anamnesis sendiri merupakan kegiatan komunikasi yang dilakukan antara dokter dan pasien yang bertujuan untuk mendapatkan informasi tentang penyakit yang diderita sehingga dapat mengetahui kebutuhan sang pasien.
Dalam bidang kesehatan, analisis respon fisiologis dilakukan dengan mengamati pengaruh latihan fisik pada organ-organ tertentu manusia, di antaranya jantung, paru-paru, otak, kulit, ginjal, dan usus. Setiap organ-organ tersebut memiliki respon yang berbeda satu dengan yang lain terhadap latihan fisik. Dari tes ini pula pengamat dapat melihat tingkat kebugaran tubuh seseorang.
Latihan fisik pun dilakukan melalui beberapa tahapan, mulai dari intensitas yang rendah menuju intensitas yang tinggi. Hal ini dilakukan agar tubuh mampu beradaptasi secara bertahap pula. Pengaruh yang diamati meliputi tekanan darah, denyut jantung, disitribusi darah, dan lain-lain. Adapun tekanan darah diukur menggunakan tensimeter, denyut jantung diukur menggunakan elektrokardiograf (EKG), dan distribusi darah pada setiap organ diukur dengan menganalisis sirkulasi darah melalui pembuluh darah. “Proses perubahan respon fisiologis juga harus diamati,” ujar salah satu anggota Ikatan Ahli Ilmu Faal Indonesia ini.
Selain itu, ada cara yang lebih mudah untuk melakukan pengamatan secara langsung, yakni melalui talk test. Umumnya talk test dilakukan bersamaan dengan latihan fisik untuk memperkirakan kondisi atau keadaan tubuh calon pasiennya. Seseorang dikatakan dalam kondisi baik ketika dapat bernyanyi dengan lancar bersamaan dengan latihan fisik. Semakin tersengal-sengal suara yang dikeluarkan menunjukkan bahwa kondisi tubuhnya semakin kurang baik.
Irsyah mengatakan, menganalisis respon fisiologis melalui latihan fisik telah dilakukan dengan berbagai alat, seperti grip dynamometry, vertical jump, dan lain-lain. Sayangnya beberapa alat tersebut masih belum optimal, ditinjau dari segi akurasi maupun bentuknya. Ia pun menantang mahasiswa ITS agar dapat berinovasi menciptakan alat yang lebih baik.
“Ke depannya tugas kalian untuk semakin inovatif dalam memodifikasi alat-alat ini agar menjadi lebih optimal,” ujarnya menyemangati. (rur/mik)
Kampus ITS, ITS News — Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) kembali melantik 129 insinyur baru melalui Program Studi Program
Kampus ITS, ITS News — Kekeringan yang berkepanjangan berdampak pada kehidupan masyarakat. Menanggapi kondisi tersebut, tim Kuliah Kerja Nyata
Kampus ITS, ITS News — Departemen Teknik Material dan Metalurgi (DTMM) Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) menggelar acara IGNITE
Kampus ITS, ITS News – Menerapkan penggunaan teknologi tepat guna, tim Kuliah Kerja Nyata (KKN) Institut Teknologi Sepuluh Nopember