Kampus ITS, ITS News – Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya terus menunjukkan prestasi yang membanggakan. Kali ini, ITS berhasil meraih penghargaan tertinggi kedua di Indonesia sebagai institusi dengan produktivitas publikasi internasional bereputasi tahun 2017-2018 di Scopus, pengindeks jurnal terbesar di dunia. Penghargaan tersebut diberikan dalam ajang Science and Technology Index (Sinta) Award yang diadakan oleh Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) RI.
Ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) ITS, Prof Dr Adi Soeprijanto MT, menjelaskan bahwa Sinta merupakan portal yang berisi tentang pengukuran kinerja ilmu pengetahuan dan teknologi (Iptek) yang meliputi kinerja peneliti, penulis, kinerja jurnal, dan kinerja institusi Iptek. Hal tersebut berguna untuk mendorong para dosen dari setiap institusi melakukan budaya publikasi ilmiah.
Menurut Adi, nilai yang berhasil diperoleh ITS yakni 1,23 (rasio dokumen per dosen). Rasio tersebut berada di bawah Institut Teknologi Bandung (ITB) dan di atas Universitas Indonesia (UI). Penilaian dilakukan dengan cara membagi jumlah publikasi internasional bereputasi dalam tahun 2017 sampai 2018 dengan jumlah total dosen tetap yang ada di ITS. “ITS memiliki 973 dosen tetap dengan 1.202 publikasi ilmiah yang terindeks Scopus selama dua tahun tersebut,” jelasnya.
Terkait perolehan nilai tersebut, lebih lanjut Adi memaparkan, terdapat sembilan langkah yang dilakukan ITS sebelumnya untuk menghasilkan publikasi sebanyak itu. Yakni, memberikan insentif publikasi dosen, meningkatkan jumlah dana penelitian lokal, meningkatkan kerjasama penelitian, dan mengembangkan skema pendanaan baru.
“Pengembangan skema pendanaan baru meliputi KP (Kerjasama Penelitian), KMPI (Klinik Makalah Publikasi Internasional), PAP (Program Asisten Peneliti), dan BPUP (Beasiswa Pascasarjana Untuk Peneliti),” sambung dosen Teknik Elektro ini.
Selain itu, menurut Adi, juga terdapat progam pengembangan dan peningkatan Publikasi Online ITS (POMITS), peningkatan kinerja laboratorium melalui Lab Based Education (LBE), pengembangan program percepatan publikasi perbaikan sistem monitoring dan evaluasi, serta pengefektifan seminar internasional dan jurnal ITS.
“Sembilan langkah tersebut kami lakukan sebaik mungkin, karena peran publikasi ilmiah sangat penting dalam membantu menyebarkan manfaat penelitian ke dunia luar,” beber mantan Direktur Pascasarjana ITS ini.
Selain meraih penghargaan bergengsi tersebut, salah satu dosen ITS juga berhasil menyabet penghargaan di ajang Sinta Award ini. Yaitu penulis dengan jumlah publikasi tertinggi 2016-2018 kategori Perguruan TInggi Negeri Badan Hukum (PTN-BH) atas nama Prof Drs Ec Ir Riyanarto Sarno MSc PhD. Atas usahanya, dosen Departemen Informatika ITS ini, memperoleh skor Sinta 34,83 dan berhasil mengantarkannya menjadi pemenang ketiga di Indonesia.
Prof Riyanarto menuturkan, sebanyak 35 jurnal penelitian dan 89 seminar internasional miliknya berhasil terindeks Scopus dalam tiga tahun tersebut. “Terdapat tiga hal yang saya bahas pada jurnal, yakni enterprise computing, intelligent computing, dan internet of things,” ujarnya singkat.
Ketiga hal tersebut memang merupakan keahlian dari anggota Majelis Wali Amanat ITS ini. Bahkan, di antara karyanya yang terkenal yakni atas pengembangan electronic nose dan electronic tongue. “Electronic nose berguna untuk mendeteksi aroma dari suatu makanan yang dicurigai, sedangkan electronic tongue untuk mendeteksi rasa dari makanan sebelum dicicipi,” paparnya.
Pria kelahiran 1959 ini mengungkapkan bahwa semangatnya dalam melakukan penelitian ini beranjak dari keinginannya untuk sukses menerapkan Tridharma perguruan tinggi, baik dari segi penelitian maupun pengabdian masyarakat. (rio/Humas ITS)
Kampus ITS, ITS News — Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) terus memantapkan komitmennya dalam berkontribusi menjaga lingkungan dengan mengurangi sampah
Kampus ITS, ITS News — Sejak ditemukan pada 1862, plastik telah digunakan secara masif di dunia dan telah melahirkan
Kampus ITS, ITS News — Proses pembuatan batik sebagai warisan tanah air seringkali melibatkan penggunaan zat pewarna sintetis yang
Kampus ITS, ITS News — Terdapat lebih dari 13.000 sumur minyak terbengkalai di Indonesia yang memiliki potensi sebagai sumber energi