Surabaya, ITS News – Penggunaan bahan kimia di berbagai bidang kehidupan, yang juga dapat berdampak buruk pada kesehatan manusia maupun lingkungan, merupakan sebuah masalah yang cukup serius di berbagai negara. Melalui acara International Seminar on Chemistry (ISoC) 2018, bertempat di Hotel Sheraton Surabaya, Rabu (18/7), Departemen Kimia, Fakultas Ilmu Alam, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya fokus membahas pengembangan kimia ramah lingkungan (green chemistry) bersama peneliti dunia sebagai langkah strategis untuk mereduksi bahaya penggunaan bahan kimia.
Adi Setyo Purnomo SSi MSc PhD Ketua Panitia IsoC 2018 menyampaikan, ISoC 2018 merupakan agenda rutin Departemen Kimia ITS, yang diselenggarakan setiap dua tahun sekali sejak tahun 2014. Dengan menghadirkan tema seminar yaitu Green Chemistry and Its Role for Sustainability, tujuan utama seminar ini adalah untuk mempromosikan dan mengembangkan sains dan teknologi dalam bidang kimia yang mempertemukan mahasiswa, peneliti, pendidik, pengamat, dan praktisi dari perguruan tinggi, lembaga penelitian, industri dan masyarakat umum untuk bertukar ide dan informasi terkini di bidang green chemistry beserta aplikasinya.
Adi juga menyampaikan, peran penggunaan kimia yang ramah lingkungan untuk keberlangsungan kehidupan manusia di masa depan memang sangat penting. Mengingat peran penggunaan bahan kimia bisa dikatakan ada di setiap bagian hidup manusia, mulai dari makanan, peralatan rumah, kosmetik, hingga berbagai macam produk yang dijual di pasaran mengandung unsur kimia tersendiri.
“Penerapan green chemistry di Indonesia ini memang masih sangat kurang. Untuk itu kita mulai fokus mengembangkan ini (green chemistry, red) di Indonesia,” ujar dosen Departemen Kimia itu.
Pria yang juga menekuni bidang bioteknologi ini menuturkan, demi untuk menghasilkan luaran yang dinginkan, pada gelaran ISoC 2018 kali ini, selain menghadirkan pembicara dari ITS yaitu Prof Dr rer nat Irmina Kris Murwani, juga menghadirkan empat pembicara yang berasal dari perguruan tinggi di luar negeri. Ada Prof Warinthorn Chavasiri dari Chulalongkorn University Thailand, Prof Ichiro Kamei dari University of Miyazaki Japan, Prof Takashi Kyotani dari Tohoku University Japan dan juga Prof Hadi Nur dari Univesitas Teknologi Malaysia.
Masing-masing pembicara tersebut akan berbicara mengenai penelitian mereka terkait penerapan green chemistry kepada seluruh peserta yang hadir dalam IsoC 2018 yang berasal dari 10 negara berbeda. Di antaranya ada dari Indonesia, Nigeria, Jepang, Malaysia, Singapura, Inggris, Vietnam dan Brunei Darussalam. “Para peserta yang hadir tersebut nantinya juga akan mengikuti diskusi pararel untuk membahas fokus yang lebih mendalam lagi,” ujar pria lulusan Kyushu University, Jepang itu.
Ia juga menambahkan, permasalahan yang sebenarnya sederhana namun menimbulkan dampak yang sangat besar bagi lingkungan hidup di Indonesia, adalah permasalahan limbah plastik. Tak hanya di lingkungan darat, salah satun contoh konkret yang baru-baru ini terjadi adalah terdapat banyaknya sampah plastik yang ada di lautan Indonesia. Di mana sampah plastik tersebut dapat menimbulkan dampak buruk bagi kehidupan biota laut, maupun kesehatan manusia secara langsung yang mengonsumsi hasil laut tersebut.
Imbuhnya, negara kita sudah mulai mensitesis plastik yang ramah lingkungan, yang bisa terdegradasi secara alami. “Plastik sekarang kan dari sintetik, biasanya dibuat dari minyak bumi. Kita bisa modifikasi dan menggunakan polimer yang ramah lingkungan. Kita kurangi penggunaan chemical yang berbahaya dan mulai gunakan yang ramah lingkungan,” tandasnya.
Ia juga mencontohkan, penggunaan biogas juga merupakan salah satu contoh konkret penggunaan green chemistry untuk mereduksi bahaya yang ditimbulkan akibat penggunaan bahan kimia berbahaya di masa mendatang yang tidak dapat terurai secara langsung oleh alam. “Emisi gas buang yang ditimbulkan oleh bahan bakar biodiesel misalkan, itu akan lebih ramah terhadap lingkungan jika dibandingkan bahan bakar solar yang digunakan sebelum terciptanya biodiesel,” tutupnya.
Sementara itu Rektor ITS Prof Ir Joni Hermana MScES PhD yang turut hadir membuka acara tersebut mengharapkan, hasil luaran dari seminar tingkat dunia ini nantinya dapat membantu ITS pada khususnya dan Indonesia pada umumnya, agar lebih sadar serta aktif dalam menyelesaikan masalah yang ditimbulkan akibat penggunaan bahan kimia.
“Sebagai lembaga pendidikan dan juga sebagai peneliti, kita punya tanggungjawab untuk aktif menjawab masalah dan menciptakan solusi bagi negeri ini,” ujar Guru Besar Teknik Lingkungan tersebut.
Melalui acara yang diikuti oleh para peneliti dan pemerhati kimia dunia ini, ia juga menginginkan ke depannya ITS dapat bekerja sama lebih lanjut dengan perguruan tinggi dunia yang hadir untuk mengembangkan green chemistry dengan ITS. Agar ke depan, hasilnya dapat diaplikasikan secara langsung untuk kebaikkan bangsa Indonesia.
Gelaran IsoC 2018 ini akan berakhir hingga besok, Kamis (19/7) dengan dua agenda besar yaitu The First Congress of OWSD (Organization for Women in Science for the Developing World) di mana ITS dipercaya menjadi tuan rumah pertama diselenggarakannya kongres mereka ini dan terakhir ada Kongres HKI (Himpunan Kimia Indonesia). (Humas ITS)
Kampus ITS, ITS News — Sebagai bentuk dukungan atas inovasi anak bangsa, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) berkolaborasi dengan Universitas
Kampus ITS, ITS News — Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) terus memperkuat nilai-nilai toleransi dan harmoni di tengah keberagaman
Kampus ITS, ITS News — Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) bersama Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) resmikan Computer
Kampus ITS, ITS News — Beberapa tradisi budaya masyarakat Indonesia bisa terancam punah akibat adanya beban pembiayaan kegiatan yang lebih