ITS News

Rabu, 20 November 2024
03 Agustus 2018, 08:08

Pelox, Solusi Pengolahan Lindi Karya Mahasiswa ITS

Oleh : itsmis | | Source : -

Arseto Yekti Bagastyo ST MT Phd (kiri) dan Tim PKM berfoto bersama Pelox.

Kampus ITS, ITS News – Lindi adalah limbah cair yang timbul akibat adanya air yang masuk ke dalam timbunan sampah. Dengan metode konvensional, pengolahan lindi membutuhkan waktu yang relatif lama. Tiga mahasiswa Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya berupaya meningkatkan efisiensi proses dengan mengembangkan alat Photovoltaic Electrochemical Leachate Oxidation (Pelox).

Adalah Govinda Rahmat Amin Mujaddid, Fahrudin Sidik, dan Nafiah Afuw Rouf dari departemen Teknik Lingkungan ITS. Alat inovatif yang berbasis konsep sustainable green technology ini juga terdaftar dalam Program Kreativitas Mahasiswa Karsa Cipta (PKM-KC).

Salah satu anggota, Nafiah Afuw Rouf, mengungkapkan bahwa Tempat Pembuangan Akhir (TPA) yang berusia lebih dari lima tahun memiliki karakteristik lindi yang didominasi oleh senyawa organik yang kompleks. “Kompleksitas senyawa membuat lindi sukar terurai, sehingga pengolahan biologis menjadi kurang efisien dan tidak memenuhi baku mutu yang berlaku,” jelas mahasiswi angkatan 2016 itu.

Lebih lanjut ia menuturkan mengenai PELOX yang merupakan alternatif alat pengolahan lindi yang mampu memecah molekul organik kompleks menjadi molekul yang lebih sederhana. “Proses yang diterapkan berupa perlakuan fisik dan kimia yang ramah lingkungan, sehingga selaras dengan sustainable green technology,” urainya.

Sistem kerja alat ini ditopang oleh sebuah reaktor oksidasi organik, yang merupakan tempat berlangsungnya proses elektrokimia. Dalam waktu yang bersamaan, reaktor tersebut juga bertugas menyisihkan ion-ion anorganik melalui membran. “Membran digunakan sebagai tempat pertukaran anion dan kation,” tambahnya.

Mengemban konsep sustainable green technology, tim bimbingan Arseto Yekti Bagastyo ST MT Phd ini menggunakan reaktor sel surya (photovoltaic) sebagai pemasok listrik untuk alatnya. “Energi yang didapatkan dari sinar matahari diubah menjadi listrik, kemudian disimpan dalam baterai sebagai sumber energi untuk proses elektrokimia,” tuturnya.

Selanjutnya, elektrooksidasi dilakukan menggunakan anoda Boron Doped-Diamond. “Anoda jenis ini dapat menghasilkan radikal hidroksil (OH) sehingga mampu memecah molekul organik kompleks yang sulit terurai tanpa penambahan bahan kimia,” ujar mahasiswi asal Ponorogo itu. Nafiah dan tim berharap agar alat ini dapat terus dikembangkan dan benar benar diterapkan hingga skala nasional. (jun/qi)

Berita Terkait