Kampus ITS, ITS News – Pertanian merupakan salah satu sektor penggerak ekonomi nasional. Selain bertujuan untuk memenuhi kebutuhan utama hidup masyarakat, sektor pertanian berfungsi sebagai pendongkrak citra Indonesia di mata dunia. Namun, pola pergantian cuaca yang tidak menentu, akan memicu kegagalan hasil panen. Melalui disertasi yang diteliti oleh I Wayan Sudiarsa, kini musim yang tepat dalam bertani dapat dipresiksi menggunakan model gabungan deret Fourier dan spline truncated.
Pada penelitian Sudarsa, terdapat empat kelompok data yang dijadikan pengukuran yakni luas lahan pertanian, curah hujan, suhu, dan kecepatan angin yang diaplikasikan pada pemodelan produksi padi di Provinsi Bali. Berkat penelitiannya, mahasiswa program Doktor Departemen Statistika ITS ini berhasil merampungkasn sidang promosi doktor, Senin (20/8) dengan apresiasi tinggi dari para penguji.
Melalui hasil analisa variabel tersebut, didapati pola produksi padi terhadap curah hujan dan luas lahan menunjukkan pola hubungan yang tidak mengikuti suatu pola tertentu. Sementara jika terhadap suhu dan kecepatam angin menunjukkan pola hubungan yang berulang.
“Jika data yang didapatkan tidak mengikuti pola tertentu maka digunakan metode spline truncated, tetapi jika data yang diperoleh berulang polanya, maka digunakan metode deret fourier. Oleh sebab itu, saya menggabung dua metode tersebut untuk penelitian saya,” ujar pria kelahiran 1960 itu.
Ia menyatakan bahwa model analisanya ini mampu menunjukkan koefisien determinasi yang relatif besar yakni 97,22 persen. Artinya, prediksi yang dianalisanya ini hampir tepat dan sesuai dengan kondisi di alam, sehingga prediksi tersebut sangat dianjurkan bagi para petani agar tepat dalam memilih kondisi cuaca yang baik untuk hasil pertanian.
Terkait hasil penelitiannya, pria kelahiran asal Gianyar, Bali itu menjelaskan bahwa produksi padi akan meningkat secara signifikan dapat dengan kondisi cuaca yang tinggi curah hujannya antara 140-200 milimeter, suhu udaranya berkisar 25-29 derajat celcius, dan kecepatan anginnya yakni 2-4 knot.
Selain itu, Sudarsa menganjurkan pola tanam dalam satu tahun sebanyak tiga kali dengan variasi dua kali menanam padi dan satu kali menanam palawija. “Saya menghimbau pada pemerintah Provinsi Bali agar membuka lahan baru pertanian. Karena produksi padi sangat berpengaruh terhadap luas lahan dalam analisa model ini,” pungkasnya. (rio/ifa)
Kampus ITS, ITS News — Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) terus memperkuat nilai-nilai toleransi dan harmoni di tengah keberagaman
Kampus ITS, ITS News — Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) bersama Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) resmikan Computer
Kampus ITS, ITS News — Beberapa tradisi budaya masyarakat Indonesia bisa terancam punah akibat adanya beban pembiayaan kegiatan yang lebih
Kampus ITS, ITS News — Tak henti-hentinya, tim riset Nogogeni Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) kembali mencetak prestasi dalam ajang