Kampus ITS, ITS News – Tanggul di Sungai Bengawan Solo mengalami tingkat muka air yang rendah saat musim kemarau dan tinggi saat musim hujan. Dimana perbedaan ketinggiannya mampu mencapai 10 meter. Hal ini dapat menyebabkan terjadinya longsor ataupun tanggul yang jebol. Melalui disertasinya, Dr Trihanyndio Rendy Satrya ST MT PhD menjawab masalah tersebut dengan hasil penelitiannya terhadap perubahan karakteristik tanah saat musim kemarau dan hujan.
Berkat penelitiannya, mahasiswa Double Degree Doctorate Program Departemen Teknik Sipil Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya ini berhasil merampungkan sidang promosi doktor, Selasa (28/8) dengan nilai sangat memuaskan. Penelitiannya mengambil lokasi di Desa Kanor, Kota Bojonegoro dimana banyak terjadi kegagalan tanggul sungai selama musim kemarau dan hujan. Selain itu, sedimentasi dan erosi juga menjadi bahan pertimbangannya kala memilih lokasi itu.
Dosen Departemen Teknik Sipil ini pun menuturkan bahwa pada mulanya, material pembentuk tanggul sungai tersebut berasal dari material dasar sungai yang dikeruk, dihamparkan, dan dipadatkan dengan pemadatan Standar Proctor. Material ini memiliki karakteristik yaitu berupa tanah berbutir halus dengan kualitas yang tidak bagus.
Lebih lanjut, ia menjelaskan, terjadinya fluktuasi siklik dari ketinggian air dapat mengubah sifat fisik dan mekanik tanah yang berpengaruh terhadap stabilitas tanggul. “Sifat fisik tanah tersebut di antaranya meliputi pemadatan dan berat volume. Sedangkan untuk sifat mekanik tanah diantaranya yakni kohesi, lekatan antar butiran tanah, debit air, dan juga kecepatan arus,” terang pria yang sekaligus meraih gelar PhD-nya di Kumamoto University ini.
Selanjutnya, penelitian tersebut dilakukan dengan membandingkan hasil antara pengamatan di lapangan dan di laboratorium. Sampel tanah yang diuji di laboratorium disimulasikan pada saat musim kemarau dan hujan dengan metode pembasahan dan pengeringan. “Metode pembasahan digunakan untuk menyimulasikan musim hujan sedangkan metode pengeringan digunakan untuk menyimulasikan musim kemarau,” jelasnya.
Hasilnya menunjukkan persamaan data perubahan fisik dan mekanik tanah antara pengamatan di lapangan dan di laboratorium. Hal tersebut membuktikan bahwa perubahan fisik dan mekanik tanah dapat disimulasikan di laboratorium dengan proses pembasahan dan pengeringan menggunakan sampel. Selain itu, penelitian tersebut juga menunjukkan bahwa perubahan kohesi merupakan sifat yang paling berpengaruh dalam persamaan stabilitas lereng tak jenuh.
Setelah mengetahui bahwa tingkat karakteristik tanah akan berubah dengan adanya pemanasan dan pengeringan, maka perubahan tersebut dapat ditanggulangi dengan cara menstabilkan tanah melalui proses mekanis maupun kimiawi.
Proses mekanis dapat dilakukan dengan menambah perkuatan tanah baik perkuatan ringan maupun berat. Sedangkan proses kimiawinya dapat dilakukan dengan cara menambah suatu material baru yang tahan dengan pembasahan dan pengeringan. “Dengan diketahuinya perubahan sifat fisik dan mekanik tanah maka evaluasi mengenai keamanan bangunan yang berada di dekat tanggul dapat terus dikembangkan,” pungkas pria kelahiran Surabaya itu. (jun/owi)
Kampus ITS, ITS News — Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) bersama Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) resmikan Computer
Kampus ITS, ITS News — Beberapa tradisi budaya masyarakat Indonesia bisa terancam punah akibat adanya beban pembiayaan kegiatan yang lebih
Kampus ITS, ITS News — Tak henti-hentinya, tim riset Nogogeni Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) kembali mencetak prestasi dalam ajang
Kampus ITS, ITS News — Menjawab tantangan perkembangan teknologi komunikasi masa kini, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) menghadirkan Program Studi