Kampus ITS, ITS News – Salah satu cita-cita setiap pengusaha pemula bidang teknologi ialah mendapatkan dana awal usaha. Arief Abdurrakhman ST MT, peraih pendanaan pada program insentif Perusahaan Pemula Berbasis Teknologi (PPBT) 2018 membagikan tips dan triknya agar dapat lolos pendanaan.
PPBT merupakan program yang dicanangkan oleh Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Republik Indonesia (Kemenristekdikti) bekerjasama dengan UPT Inkubator Industri. Demi menjadi jawara pada program tersebut, Arief mengaku telah menerapkan beberapa hal agar lolos pendanaan.
Di antaranya, bisnis yang diajukan pada program PPBT haruslah berbasis teknologi dan sesuai dengan kompetensi pengusul. “Hal ini penting mengingat program PPBT memang diperuntukan bagi perusahaan yang berbasis teknologi. Pun untuk kompetensi pengusul haruslah sejalur dengan bisnis yang dijalani,” tutur Arief.
Selain itu, menurut Arief, produk yang dihasilkan dari bisnis yang dijalani wajib memiliki keunggulan daripada produk para kompetitor. Kemudian yang tak kalah penting ialah market size pada produk yang berskala besar serta kejelasan pada segmentasi pasar untuk pengguna produk.
Tak hanya itu, dosen muda Departemen Teknik Instrumentasi itu juga menekankan pada aspek konsep rencana bisnis. “Jika ingin lolos pendanaan dan menjadi pengusaha, maka rencana bisnis sudah sepatutnya bersifat komprehensif. Misalnya, menggunakan metode Business Model Canvas,” ujar alumni Teknik Mesin ITS ini.
Selanjutnya, Arief pun menjelaskan, hal yang perlu diperhatikan yaitu Tingkat Kesiapterapan Teknologi (TKT). TKT ini penting untuk mengetahui seberapa pantas produk untuk dipasarkan. “Menurut saya, minimal, produk bisnis berada pada TKT tujuh dan mampu dilakukan peningkatan produk,” jelas Kepala Seksi Bimbingan Konseling dan Kewirausahaan ITS.
Ketika disinggung terkait produk yang ia ajukan tahun lalu, Arief menjelaskan, produk yang diajukannya adalah sistem purifikasi biogas. Keunggulan yang ia tawarkan pada produk tersebut yakni, kesesuaian dengan karakteristik kilang biogas di Indonesia. Pada umumnya, kilang biogas tersebut berasal dari bahan baku kotoran sapi. Keunggulan lain, volume reaktor biogas mencapai 4-12 m3.
Terkait dana hibah yang ia dapatkan, Pemuda Pelopor Bidang Teknologi Tepat Guna ini pun menjelaskan, telah ia gunakan untuk produksi dan pengujian produk. “Baik pengujian skala lab maupun pengujian langsung di kilang biogas,” ungkapnya.
Hasil dari pengujian alat tersebut ia jadikan modal untuk melakukan standardisasi SNI. Selain itu, dana hibah juga digunakan untuk melakukan pemasaran dan pameran produk. “Hal ini saya lakukan karena merasa memiliki tantangan untuk membuat produk original dari ITS yang dapat dikomersialisasikan,” ucap magister lulusan Carl von Ossietzky Universitat Oldenburg, Germany ini.
Ke depannya, ia akan melakukan upaya lebih intensif dalam komersialisasi produk tersebut. Arief pun berpesan kepada mahasiswa ITS agar memiliki visi yang jelas terhadap produk Tugas Akhir (TA). “Jangan sampai produk TA hanya menjadi hiasan di laboratorium tanpa memberikan manfaat yang nyata bagi masyarakat. Karena sesungguhnya masyarakat Indonesia haus akan produk teknologi anak bangsa,” tegasnya.
Arief berharap, agar ITS mampu mengonversi seluruh aset yang telah dimiliki, termasuk aset kekayaan intelektual. “Hal ini melekat pada sivitas academica yang menjadi dapat menjadi hasil pendapatan, sehingga ITS mampu mewujudkan kampus dengan status PTN-BH yang sejati,” pungkasnya. (mir/owi)
Kampus ITS, ITS News — Beberapa tradisi budaya masyarakat Indonesia bisa terancam punah akibat adanya beban pembiayaan kegiatan yang lebih
Kampus ITS, ITS News — Tak henti-hentinya, tim riset Nogogeni Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) kembali mencetak prestasi dalam ajang
Kampus ITS, ITS News — Menjawab tantangan perkembangan teknologi komunikasi masa kini, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) menghadirkan Program Studi
Kampus ITS, ITS News — Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) tak henti-hentinya melahirkan inovasi baru guna mendukung ekosistem halal di