ITS News

Sabtu, 28 September 2024
30 September 2018, 00:09

Tiram, Solusi Cerdas Bertambak Ikan

Oleh : itsmis | | Source : -

Tiram EduCard, konsep yang diusung Dian Wahyu Pradana untuk mengatasi masalah tamabak ikan.

Kampus ITS, ITS News – Dalam menghadapi revolusi industri 4.0, pendayagunaan secara masif dan optimal pada teknologi dan informasi patut dikembangkan. Tidak ketinggalan juga pada sektor perikanan petani tambak. Betapa tidak, akhir-akhir ini, para petani tambak yang bertugas menjaga kualitas dan kuantitas hasil perikanan masih memiliki kendala dalam proses pemasaran dan manajemen yang klasik.

Beranjak dari kondisi tersebut, Diyan Wahyu Pradana, seorang mahasiswa Departemen Sistem Informasi Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya berhasil menciptakan teknologi yang disebut Tiram. “Teknologi ini menyediakan data yang berharga dari sistem teknologi blockchain yang sangat penting untuk meningkatkan produktivitas, mengurangi kerugian, dan efisiensi pasar ikan ”, tutur pria yang akrab disapa Wahyu itu.

Dijelaskan Wahyu lagi, sistem teknologi blockchain merupakan sistem pencatatan data yang aman dan dapat diakses oleh siapapun, tanpa takut terjadinya pemalsuan data. Blockchain ini digunakan untuk menjaga validitas atau keaslian data yang berkaitan dengan statistik hasil panen, kebutuhan pangan tambak, dan kebutuhan manajemen tambak selama tersimpan dalam website.

“Data-data tersebut, sangat diinginkan oleh para stakeholder yang memiliki keterkaitan dengan pertambakan, seperti penjual pakan ikan, pengolah ikan, badan pemerintahan, sampai distributor,” ungkapnya. Stakeholder tersebut dapat memperoleh data atau informasi ketika bergabung menjadi anggota Tiram.

Kata Wahyu, penjual pakan ikan membutuhkan informasi data pakan per hari untuk menjual atau menawarkan produk pakan ikannya ke petani tambak yang bersangkutan. Pengolah ikan membutuhkan informasi jenis-jenis ikan yang dibudidayakan untuk diolah lebih lanjut, sedangkan badan pemerintah membutuhkan informasi hasil panen untuk mengetahui statistik produksi perikanan per waktu, dan distributor membutuhkan informasi lokasi tambak untuk menawarkan jasa pengangkutan. “Begitulah data tersebut dipergunakan oleh para stakeholder,” ujar Wahyu.

Selain menggunakan sistem blockchain, mahasiswa kelahiran Blora itu juga menggunakan sistem Augmented Reality. “Sistem ini mengintegrasikan obyek maya yang dihasilkan oleh komputer dengan benda yang ada di dunia nyata secara real time”, imbuhnya.

Diyan Wahyu Pradana mengikuti kompetisi di NYS MITI-KM 2018

Dalam proses penggunaannya, terdapat empat elemen yang harus bergabung atau ada di Tiram tersebut, yakni dData transformer, data qualifier, data buyer, dan data provider. Data transformer adalah suatu institusi yang membeli dan memproses data mentah dari Tiram lalu mengirimkannya kembali berupa data yang diperkaya seperti hasil penelitian empiris. Sementara petani tambak yang bertugas mengirimkan data sesuai dengan kondisi lapangan disebut data provider.

Untuk data qualifier, yakni para pengkualifikasi data yang dikirimkan petani ke institusi. “Tujuannya adalah untuk meningkatkan kualitas data”, terang pria berumur 23 tahun itu. Jika petani mengirimkan data dengan benar dan tepat waktu maka akan mendapatkan imbalan berupa Tiram poin yang bisa ditukarkan dengan uang, pulsa, litrik, dan kebutuhan lainnya. Sementara data buyer, ialah mereka yang merupakan pembeli data seperti penjual pakan ikan, pengolah ikan, dan distributor.

Wahyu mengatakan bahwa dirinya harus menjaga keempat elemen tersebut agar tetap berhubungan baik, terlebih dalam hal komunikasi. Untuk menjaga komunikasi dengan petani tiram agar berjalan lancar, Ia memberikan umpan balik berupa kartu tiram EduCard berteknologi Augmented Reality yang berisi konten tentang tips dan trik interaktif dalam memulai tani tambak hingga mengembangkannya menggunakan kerangka kerja STEM (Science, Technology, Engineering, Mathematics), seperti bertambak modern menggunakan teknologi pemberi makan ikan otomatis.

Melalui, teknologi Tiram inilah, Wahyu berharap permasalahan pada dunia pertambakan bisa teratasi. “Teknologi digital yang sangat direkomendasikan dalam menunjang kesiapan Indonesia khusunya dalam menghadapi Revolusi Industri 4.0,” urainya. Tak tanggung-tanggung, berkat inovasinya ini pun, Wahyu juga mendapat Best Paper Award dalam ajang National Youth Summit Masyarakat Ilmuwan dan Teknologi Indonesia Klaster Mahasiswa (MITI-KM) 2018. (rio/jel)

Diyan Wahyu Pradana memperoleh penghargaan Best Paper

Berita Terkait