Gedung Robotika, ITS News – Isu radikalisme menjadi topik yang tengah hangat diperbincangkan saat ini. Institusi perguruan tinggi menjadi salah satu tempat rawan tersebarnya paham ekstremisme. Mengatasi hal tersebut, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) mengadakan kuliah tamu bertajuk Menelisik Akar Radikalisme dan Terorisme pada Sabtu (29/9) di Gedung Robotika ITS. Pada kuliah tamu ini, ITS mendatangkan Ali Fauzi Manzi M Pd I, seorang yang pernah aktif dalam dunia terorisme sebagai pemateri.
Ali adalah salah satu orang yang aktif dalam dunia terorisme pada dekade 90-an. Ia dulunya dikenal sebagai ahli perakit bom di berbagai organisasi radikal yang diikutinya. Pengalaman tersebut ia bagikan kepada mahasiswa peserta kuliah tamu. “Saya dulu pernah diajarkan oleh Abu Bakar Baasyir di Malaysia untuk setia kepada kelompok. Bagi saya dulu, aksi terorisme adalah bagian dari jihad saya,” tutur pendiri Yayasan Lingkar Perdamaian ini.
Ia pun menyangkal bahwa terorisme berasal dari proses yang pendek. Ia menjelaskan bahwa perlu proses panjang yang perlahan-lahan mendorong seseorang untuk berkomitmen pada aksi kekerasan atas nama Tuhan. Ia mengungkapkan bahwa kekejaman teroris dikarenakan mereka menganggap polisi sebagai thogut atau setan sehingga harus dibunuh.
Akar terorisme merupakan penyakit komplikasi. “Saya dulu pernah dalam suatu kondisi dimana setiap orang melihat sisi kemegahan gedung tinggi. Saya melihat dari sisi bagaimana jangkauan bom saya dapat merobohkan gedung tersebut,” kata Ali yang juga merupakan adik kandung teroris kondang, Amrozi.
Penyebaran paham radikalisme dapat melalui berbagai media. Salah satunya adalah perguruan tinggi dimana mahasiswanya berasal dari latar belakang yang berbeda-beda. Ali mengingatkan bahwa media penyebaran paling berbahaya berasal dari media sosial dan pertemanan. Mahasiswa harus dapat menyaring setiap konten yang ada di media sosial. Tidak menghiraukan konten bersifat provokatif dan mengonfirmasi kebenaran berita terlebih dulu sebelum disebarkan.
“Kalian juga harus berhati-hati dalam memilih teman. Penyebaran paham radikalisme antar teman biasanya diawali dengan kenalan, saling membangun kepercayaan, lalu perlahan akan dipengaruhi paham ekstremisme,” ujar kepala instruktur perakitan bom Jamaah Islamiyah Jawa Timur pada tahun 1999 tersebut.
Pada akhir acara, beliau memberikan kata-kata motivasi bagi mahasiswa peserta kuliah tamu. “Tidak ada orang baik yang tidak mempunyai masa lalu. Begitupula tidak ada orang jahat yang tidak mempunyai masa depan. Setiap orang berhak untuk berubah menjadi lebih baik,” ucap dosen Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah Lamongan ini tersebut mengakhiri materi. (ion20/jel)
Kampus ITS, ITS News — Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) terus memperkuat nilai-nilai toleransi dan harmoni di tengah keberagaman
Kampus ITS, ITS News — Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) bersama Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) resmikan Computer
Kampus ITS, ITS News — Beberapa tradisi budaya masyarakat Indonesia bisa terancam punah akibat adanya beban pembiayaan kegiatan yang lebih
Kampus ITS, ITS News — Tak henti-hentinya, tim riset Nogogeni Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) kembali mencetak prestasi dalam ajang