ITS News

Sabtu, 05 Oktober 2024
05 Oktober 2018, 09:10

Bahas Nanotechnology, ITS Hadirkan Pakar dari Jepang

Oleh : itsmis | | Source : -

Prof Dr Eng Manabu Shimada sesaat setelah memaparkan topik teknologi nano di Departemen Teknik Kimia

Kampus ITS, ITS News – Dewasa ini teknologi dan riset ilmiah terkait partikel nano semakin berkembang. Namun ada bahaya yang mengintai dibalik banyaknya manfaat teknologi nano. Hal ini diungkapkan Prof Dr Eng Manabu Shimada, dalam kuliah tamu internasional yang diselenggarakan Departemen Teknik Kimia di Auditorium Oedjoe Djoeriaman, Selasa (2/10).

Teknologi nano adalah terobosan yang mengontrol zat dan material hingga ke ukuran nanometer sehingga bisa menghasilkan fungsi baru. Sampai hari ini teknologi nano telah banyak dikembangkan di bidang kesehatan hingga pertanian. Namun teknologi nano masih menyimpan bahaya mengancam kesehatan. “Teknologi nano itu baik, tapi tidak seorang pun dapat mengonfirmasi apakah itu aman atau tidak,” terang dosen Teknik Kimia Universitas Hiroshima tersebut.

Dosen bidang mengatakan ancaman utama terdapat pada residu dari nanotechnology itu sendiri.  Endapan tersebut menjadi sangat berbahaya jika sudah terkontaminasi oleh bahan kimia lainnya, khususnya bila masuk kedalam tubuh.  Hal ini lantaran tubuh akan memberi reaksi penolakan terhadap partikel asing yang masuk dan mengeluarkannya. Namun ada kondisi dimana tubuh tidak mampu mengeluarkan residu tesebut dan akhirnya menetap didalam tubuh selamanya.

Risiko akan semakin besar jika partikel nano sampai masuk kedalam saluran pernafasan. Ukurannya yang kecil dan halus bahkan bisa masuk hingga gelembung paru-paru atau alveolus dimana proses pertukaran oksigen dengan karbon dioksida berlangsung. Partikel nano yang terus menumpuk dalam tubuh bisa meningkatkan risiko kematian.

Demi mencegah resiko kesehatan dalam pengembangan teknologi nano diperlukan penanganan yang tepat. Penelitian lanjutan terus dilakukan guna meminimalisir dampak buruk bagi kesehatan yang bisa ditimbulkan teknologi nano. Namun yang paling sederhana adalah dengan mengumpulkannya dengan cara mengikat debu tersebut pada cairan, granulat, maupun campuran komponen. “Untuk mencegah hal yang tidak diinginkan, kita harus bisa mengukur residu partikel nano dan mengumpulkannya sebelum partikel itu bergerak dan masuk kedalam tubuh,” pungkas dosen dari negeri sakura tersebut. (ion18/mik)

Berita Terkait