Kampus ITS, ITS News – Mahasiswa Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya kembali menyumbang prestasi di tingkat nasional. Adalah mahasiswa Departemen Teknik Instrumentasi (DTIn) yang menuangkan keresahannya atas polusi udara ke dalam videografi. Karya ini mampu menghantarkan tim bernama KiPS tersebut meraih juara pertama Lomba Film Pendek World Education Expo Indonesia (WEEI) 2018.
Adalah Priyo Hadi, Dimas Putra, Tyjani Robit, dan Aprilia Wahyu, pendiri rumah produksi film KiPS yang mampu menghasilkan karya terbaik di WEEI 2018. Film pendek berjudul Saturna inilah yang kemudian berhasil menyisihkan dua film pendek lainnya pada ajang Awarding Grand Final, di Hotel Sheraton Surabaya (16/9).
Film Saturna mengangkat tema polusi udara yang ada di Indonesia. Priyo Hadi mengaku, awal mulanya tercetus ide tersebut karena ia melihat sungai yang kotor di Surabaya. “Kemudian saya membayangkan bagaimana jadinya puluhan hingga ratusan tahun ke depan jika masih seperti ini,,” tutur Priyo, Produser KiPS.
Film pendek yang digawangi Priyo ini menceritakan tentang seorang anak bernama Saturna yang hidup di tahun 2218. Dikisahkan Priyo, Saturna telah kehilangan orang tuanya karena penyakit yang diakibatkan oleh parahnya polusi udara. Hingga akhirnya, anggota keluarga yang dimiliki Saturna hanyalah adik kandungnya.
Namun, tak lama kemudian, satu-satunya keluarga Saturna itu juga meninggal dunia dikarenakan polusi udara yang semakin bertambah parah. Hal tersebut yang melandasi keputusan Saturna agar datang ke masa lalu. Ia bertujuan untuk menemui seseorang yang dapat mengubah keadaan di masa depan. “Film ini sebetulnya untuk menegur kita semua yang masih enggan peduli terhadap polusi udara,” jelas Sutradara Saturna itu.
Sutradara yang merangkap sebagai penulis naskah itu pun menyatakan, film Saturna ini merupakan film pertama yang diproduksi oleh rumah produksi KiPS. Untuk memproduksinya, aku Priyo, membutuhkan waktu penggarapan naskah tiga hari, pengambilan video empat hari, dan waktu mengedit selama 2 hari. “Semua saya lakukan di waktu senggang sebagai mahasiswa. Aktrisnya adalah teman-teman saya satu jurusan, total ada enam pemain,” jelasnya.
Hal yang paling berkesan, tambahnya, adalah saat pengambilan video hari terakhir yang harus berpindah-pindah di tiga lokasi. Tak hanya itu, pria yang hobi menulis ini pun mengatakan, demi mendapatkan latar yang terbaik, ia dan tim harus berlarian naik tangga sebelas lantai hingga sampai di atas loteng.
Menurutnya, semua yang ia lakukan tidaklah sia sia. Pasalnya, selain meraih kemenangan, ia dapat berjumpa dengan idolanya yaitu Morgan dan Robert Ronny, produser ternama yang juga bertindak sebagai juri. Bahwa, film yang bagus, ucap Priyo menirukan perkataan juri, harus dapat menyampaikan (pesan, red) secara visual dengan dialog yang sedikit. “Saya menjadi lebih semangat ketika mendapat masukan dari Pak Robert,” ungkap lelaki kelahiran Surabaya ini. (mir/owi)
Kampus ITS, ITS News – Indonesia terdiri atas beribu suku bangsa dan budaya, menyiratkan keberagaman yang tertanam dalam kehidupan
Kampus ITS, ITS News — Tak hanya berkomitmen untuk senantiasa menghadirkan inovasi mutakhir, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) juga
Kampus ITS, ITS News — Tim Pengabdian Masyarakat (Abmas) Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) mengembangkan aplikasi Kinderfin, untuk meningkatkan
Kampus ITS, ITS News — Sebagai bentuk dukungan atas inovasi anak bangsa, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) berkolaborasi dengan Universitas