Kampus ITS, ITS News – Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya kembali berjaya dalam sebuah kompetisi nasional. Kali ini, tujuh orang mahasiswa Departemen Teknik Sipil Fakultas Teknik Sipil, Lingkungan dan Kebumian (FTSLK) ITS yang tergabung dalam satu tim berhasil raih juara dalam Kompetisi Konstruksi Ramping 3.0 2018 yang diselenggarakan di Institut Teknologi Bandung (ITB), akhir pekan lalu.
Berbeda dengan Kompetisi Jembatan Indonesia yang fokus pada bidang struktur sebuah konstruksi, Kompetisi Konstruksi Ramping ini terfokus pada manajemen perencanaan. Tim di bawah bimbingan Cahyono Bintang Nurcahyo ST MT ini pun berhasil menyabet juara 1 kategori Total serta juara 3 kategori Pemborosan Minimum.
Dosen yang akrab disapa Bintang ini menjelaskan, di kompetisi ini peserta dituntut untuk memecahkan permasalahan perancangan konstruksi dengan manajemen yang akurat. “Konsep kompetisi ini diibaratkan seperti simulasi konstruksi oleh seorang Kontraktor Utama (Main Contractor) yang dibantu oleh beberapa subkontraktor (Subcontractor) dengan manajemen yang paling efisien,” jelas dosen Departemen Teknik Sipil itu.
Dalam kompetisi ini, lanjutnya, perhitungan waktu pengerjaan cukup singkat. Untuk durasi pengerjaan di lapangan, maksimal disediakan waktu selama delapan minggu. Di mana untuk setiap satu minggu pengerjaan, diwakili satu menit pengerjaan pada saat kompetisi. Jadi, dalam hitungan hari, 10 detik dalam kompetisi ini mewakili satu hari pengerjaan konstruksi sesungguhnya.
Dalam pembagian peran ini, tim ITS terdiri atas tiga orang mahasiswa S2 Manajemen Proyek Konstruksi (Bernard Octavianus, Feisal Rajab Rivai dan Mahendra Perdana Sopaheluwakan), dan empat orang mahasiswa S1 Departemen Teknik Sipil (Dian Arief Prawira Ramadhan, Naufal Muhmmad Rizky Sulistio, Ajeng Larasati dan Zhafira Aulia Khairunnisa Aman). Dalam posisinya, Kontraktor Utama dipegang oleh Bernard Octavianus, sedangkan enam lainnya sebagai Subkontraktor.
Dijelaskan kembali oleh Bintang bahwa di kompetisi ini, Tim ITS menyiapkan secara matang kemampuan kolaborasi tim antara Kontaktor Utama dan Subkontraktor. Dengan berbekal itu, tim ITS dengan mudah berperan dalam porsinya masing-masing. “Keunggulan Tim ITS di sini adalah kemampuan Kontraktor Utama dalam memahami bidang penguasaan oleh tiap Subkontraktor, sehingga pekerjaan lebih cepat dan tepat,” paparnya.
Naufal Sulistio sebagai salah satu anggota tim menjelaskan, terdapat beberapa kriteria penilaian dalam kompetisi ini, yakni produktivitas, kecepatan perencanaan dan ketepatan eksekusi. Dari ketiganya, Tim ITS berhasil meraih total nilai 399,7 dari 400.
“Tim kami unggul dari segi penentuan perencanaan durasi waktu selama empat minggu dari waktu delapan minggu yang disediakan,” ujar pria berkacamata itu. Sedangkan tim lain biasanya mengambil durasi enam minggu ataupun delapan minggu. Dari selisih waktu yang amat jauh itulah poin tinggi tim ITS diperoleh.
Tidak seperti biasanya, pautan nilai antara ITS sebagai juara 1 dengan ITB sebagai juara 2 cukup jauh. Pada kompetisi sebelumnya, pautan nilai antara finalis hanya berkisar 5 hingga 6 poin. Namun kali ini, ITS unggul 22 poin atas ITB. Kemudian disusul dengan Universitas Diponegoro (Undip) di posisi ketiga dengan total nilai 373,5.
Aspek lainnya adalah ketepatan eksekusi konstruksi bangunan sesuai dengan perencanaan yang dibuat. Menurut penilaian, tim ITS hanya melakukan satu langkah pemborosan, yakni sebuah elemen konstruksi berukuran 2×1 yang tidak terpasang pada saat itu. Namun hal itu dikarenakan waktu yang tidak cukup, sehingga elemen tersebut dipasang setelahnya.
Disampaikan kembali oleh Bintang, prestasi membanggakan ini merupakan hasil usaha dan kerja keras para mahasiswa. Selama berlatih, mahasiswa diberikan berbagai soal-soal konstruksi yang sangat rumit sehingga membentuk mental dan kemampuan para mahasiswa agar siap menghadapi kemungkinan soal rumit pada saat kompetisi. Bahkan, menurut Naufal, soal yang diberikan pada saat kompetisi lebih mudah daripada soal untuk latihan.
Untuk kompetisi tahun depan, Bintang akan tetap menerapkan strategi seperti tahun ini. Ia menganggap strategi ini sudah baik dan dapat diterapkan kembali untuk kompetisi berikutnya. “Sebelum perlombaan, kita akan sediakan bank soal untuk persiapan para peserta agar siap menghadapi kompetisi,” tandasnya. (ion2/HUMAS ITS)
Kampus ITS, ITS News — Beberapa tradisi budaya masyarakat Indonesia bisa terancam punah akibat adanya beban pembiayaan kegiatan yang lebih
Kampus ITS, ITS News — Tak henti-hentinya, tim riset Nogogeni Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) kembali mencetak prestasi dalam ajang
Kampus ITS, ITS News — Menjawab tantangan perkembangan teknologi komunikasi masa kini, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) menghadirkan Program Studi
Kampus ITS, ITS News — Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) tak henti-hentinya melahirkan inovasi baru guna mendukung ekosistem halal di