Kampus ITS, ITS News – Guna meningkatkan pengetahuan dan pemahaman mahasiswa mengenai perputaran roda ekonomi, Departemen Manajemen Bisnis Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya mengadakan seminar umum oleh Bank Indonesia (BI), Rabu (17/10). Dr Harmanta, Direktur Penasehat dan Pengembangan Ekonomi BI Kantor Perwakilan Jawa Timur, didapuk menjadi pemateri yang menerangkan tentang kebijakan ekonomi indonesia saat ini.
Dijelaskan Harmanta, BI sebagai otoritas moneter ekonomi di Indonesia memiliki fungsi mengatur dan mengendalikan perputaran ekonomi di Indonesia yang disertai kebijakan dan tindakan secara langsung maupun tidak langsung. Oleh sebab itu, BI memiliki otonomi penuh dalam merumuskan dan melaksanakan setiap tugas dan wewenangnya. “Tujuan BI sendiri adalah menjaga kestabilan rupiah,” ungkapnya.
Harmanta mengatakan, menjaga kestabilan rupiah berupa terdiri dari dua hal. Pertama adalah menjaga kestabilan nilai rupiah terhadap barang jasa pada laju inflasi. Kedua menjaga kestabilan nilai rupiah terhadap mata uang negara lain pada perkembangan nilai tukar. “Kedua hal ini merupakan peran BI disertai pengeluaran kebijakan agar nilai mata uang stabil,” bebernya.
Kebijakan yang dikeluarkan BI menerapkan kerangka kebijakan Inflation Targeting Network (ITF). Kebijakan ini berubah-ubah sesuai keadaan dan tantangan ekonomi yang ada. Terdapat tiga pilar demi menstabilkan nilai rupiah yakni menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter, mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran, dan stabilitas sistem keuangan. “Tiga pilar ini didukung dengan pola manajemen intern BI,” terang Harmanta.
Harmanta juga menjelaskan tentang mustahilnya implementasi trilemma kebijakan moneter di Indonesia. Trilemma ini terjadi karena Bank Sentral Independen, modal terbuka (cadangan devisa, red), dan kurs valas adalah tiga hal yang tidak dapat terjadi secara bersamaan (Trilemma Impossible). Hal ini dapat diatasi dengan tiga hal yakni menghitung kurs valas, Intervensi menstabilkan kurs valas, dan mengendalikan aliran modal asing. “Tiga hal ini membantu perputaran ekonomi Indonesia,” ujar pria yang menjadi Economist Bank Indonesia sejak 1994 ini.
Ia melanjutkan, sebelum Global Financial Crisis (GFC) 2008, kebijakan moneter ekonomi di Indonesia memiliki keuntungan dan tantangan. Kekuatannya adalah Inflasi sebagai fokus kebijakan moneter dapat mengaitkan tingkat inflasi yang diharapkan. Tantangannya adalah kurs valas mempengaruhi inflasi karena aliran modal asing dan spillover global. “BI mengatasinya dengan integrasi perpaduan kebijakan makroekonomi, makroprudensial, dan mikroprudensial,” tuturnya.
Setelah GFC 2008, kebijakan moneter ekonomi mengalami reformasi. Tiga hal yang mengalami reformasi yakni stabilitas moneter dan SSK bersifat komplementer, kebutuhan kebijakan makroprudensial, dan kebutuhan manajemen aliran modal. “Dengan tiga hal ini, kestabilan kurs akan menjadi tujuan utama dan lebih menciptakan suasana baru eknomi,” kata Harmanta.
Namun, menurutnya, tantangan terbesar Indonesia saat ini adalah memperkuat garis pertahanan pertama ekonomi Indonesia. Usaha ini dapat dilakukan dengan meminimalkan Current Deficit Account (defisit neraca berjalan, red) yang indikatornya dapat dilihat dari Ekspor dan Impor Indonesia. “Dengan demikian, ini dapat meningkatkan posisi surplus neraca pembayaran dan memperkuat cadangan dan daya saing Indonesia,” tutupnya. (qin/owi)
Kampus ITS, ITS News — Beberapa tradisi budaya masyarakat Indonesia bisa terancam punah akibat adanya beban pembiayaan kegiatan yang lebih
Kampus ITS, ITS News — Tak henti-hentinya, tim riset Nogogeni Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) kembali mencetak prestasi dalam ajang
Kampus ITS, ITS News — Menjawab tantangan perkembangan teknologi komunikasi masa kini, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) menghadirkan Program Studi
Kampus ITS, ITS News — Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) tak henti-hentinya melahirkan inovasi baru guna mendukung ekosistem halal di