Kampus ITS, ITS News – Keberadaan Tim Sapuangin Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) tidak bisa dilepaskan dari anak-anak bengkel, sebutan bagi anggota Lembaga Bengkel Mahasiswa Mesin (LBMM). Perannya dalam mencetuskan ide dan penanganan tim di masa awal pembentukan seolah menjadi satu paket sejarah yang tidak bisa dilupakan. Lantas, siapa mereka dan kisah susah senang bekerja di dapur sapuangin ITS?
Pada awalnya, tim ini dibentuk pada tahun 2009 sebagai persiapan untuk mengikuti kompetisi Shell Eco Marathon (SEM) di tahun 2010. “Motivasi kami membentuk tim ini yaitu untuk mengaplikasikan ilmu yang telah didapat dan juga sebagai kontribusi kami melalui mobil hemat energi bagi kampus dan negara,” Ujar Vito Hanif Addinuri yang diamanahi sebagai manajer non teknis Tim Sapuangin ITS.
Vito mengungkapkan di tim Sapuangin belajar secara otodidak dalam membuat produk. Ia menjelaskan, saat jeda kompetisi, anggota tim memanfaatkannya dengan belajar sebanyak-banyaknya. “Anggota tim berinisiatif belajar pada senior yang sudah ahli di bidangnya baik secara teori di markas maupun secara praktik langsung di bengkel,” jelasnya.
Ia juga menambahai peran para alumni Sapuangin juga sangat besar. Hasil riset pengembangan mobil maupun hasil perhitungan data dari tahun ke tahun dimasukkan ke dalam satu hard disk untuk dijadikan inventaris agar bisa dipelajari di kepengurusan berikutnya. “Tim ini fokus pada problem solving mindset dan eksekusi langsung. Harapannya, dengan metode ini kami bisa lebih kuat secara psikis dan mental bertanding saat terjun langsung di kompetisi,” ujar Vito dengan lugas.
Saat praktek langsung di bengkel, biasanya tim ini melakukan pengerjaan di malam hari dalam rentang waktu jam sepuluh malam hingga jam dua pagi. Saat jadwal kompetisi sudah semakin dekat, tidak jarang mereka harus bekerja lembur dan rela menginap di bengkel Sapuangin hingga keesokan harinya.
Vito berkisah terkadang proses pengerjaan dan uji coba mobil tidak berjalan dengan mulus. Seringkali kondisi seperti mesin yang jebol, sistem transmisi yang macet, ban robek, hingga kecelakaan yang mencederai driver ditemui. Meski begitu tim selalu berusaha bangkit dan mengevaluasi setiap kegagalan yang terjadi. “Bagi kami, kegagalan tersebut adalah proses trials and error yang nantinya akan banyak membantu saat terjun langsung di kompetisi,” jelasnya.
Meski pekerjaan di tim Sapuangin menuntut banyak waktu, kewajiban akademik tetap menjadi prioritas utama. Untuk itu, tantangan terbesar bagi anggota tim Sapuangin adalah mengatur waktu. Untuk mengatasi hal tersebut, mereka menyepakati untuk memaksimalkan perkuliahan dari pagi hinga sore hari. Saat malam, mereka kembali fokus lagi ke pekerjaan di bengkel. “Tidak ada kegiatan yang menggangu jadwal kuliah, kami juga mempertimbangkan waktu pribadi para anggota agar hak pribadinya terpenuhi,” ujarnya.
Untuk itu, saat tahap rekrutmen anggota tim ini menitikberatkan pada pribadi yang telah selesai dengan urusan pribadinya. Maksudnya, mereka yang dipercaya punya kemampuan teknis yang mumpuni. Selain itu, mereka juga hanya memilih kader yang memiliki tanggung jawab, maupun etos kerja yang tinggi. “Anggota yang masuk menjadi bagian dari tim tidak hanya terbatas pada mahasiswa Teknik Mesin, tetapi terbuka bagi seluruh mahasiswa ITS yang sesuai dengan kriteria yang dibutuhkan,” jelas Vito.
Perjuangan tidak kenal lelah tersebut mereka lakukan sebagai bentuk kebanggaan dan tanggung jawab mahasiswa untuk bisa berkontribusi. “Target terbesar yang ingin kami capai adalah mengibarkan bendera Indonesia di podium tertinggi terutama untuk kompetisi di level internasional. Selain itu kewajiban untuk mempertahankan prestasi yang sudah diraih di tingkat nasional juga menjadi target kami. Doakan kami agar bisa memberikan kontribusi terbaik bagi almamater dan bangsa,” Pungkasnya. (ion15/gol)
Kampus ITS, ITS News – Tim MedPhy.Edu Laboratorium Fisika Medis dan Biofisika Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) menciptakan Fantom
Kampus ITS, Opini — Dengan kemajuan teknologi di era modern ini, media sosial kini telah menjadi bagian integral dalam kehidupan
Kampus ITS, Opini — 20 tahun telah berlalu sejak Tsunami Aceh 2004, tragedi yang meninggalkan luka mendalam sekaligus pelajaran
Kampus ITS, ITS News — Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) senantiasa menguatkan tekadnya untuk membentuk generasi muda yang prestatif