Kampus ITS, ITS News – Mampu seimbang di bidang akademik dan non akademik disebut-sebut oleh Afrizal Ma’arif Imron sebagai faktor utama diterima di program Young Southeast Asian Leaders Initiative (YSEALI) Academic Fellows 2016. Dalam gelaran Student Enrichment Program (SEP) oleh International Office Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), ia berusaha menarik minat mahasiswa ITS untuk mendaftar beasiswa dan pertukaran pelajar, khususnya ke Amerika Serikat (AS) lewat YSEALI.
YSEALI merupakan program yang digagas oleh Mantan Presiden AS, Barack Obama pada 2013. Kegiatan ini bertujuan untuk mempererat hubungan pemerintah AS dengan negara-negara di Asia Tenggara melalui anak-anak muda yang terfokus pada tiga bidang ilmu yaitu civic engagement, environmental issues, dan entrepreneurship and sustainable economic development. Untuk bisa menjadi bagian dari program ini calon peserta harus melewati seleksi yang ketat dimulai dari tahapan seleksi administrasi hingga seleksi wawancara oleh pihak Kedutaan Besar Amerika Serikat.
Melalui video call yang ditampilkan pada layar proyeksi, Afrizal, sapaannya, sebagai alumni Departemen Perencanaan Wilayah dan Kota ITS ini menjelaskan bahwa di masa kuliah, ia tidak hanya terfokus kepada akademik saja, namun juga non akademik khususnya di bidang sosial dan lingkungan.
Selain seimbang dan memiliki jiwa kepedulian, menurutnya, peserta YSEALI juga dituntut untuk memiliki kecakapan berbahasa Inggris yang mumpuni dan serius di bidangnya. Mahasiswa dituntut untuk menekuni hal yang disukai dan merupakan passionnya. Untuk dapat membuktikan hal tersebut dapat dilihat dari track record kegiatan dan usaha yang telah dilakukan. “Lakukan apapun passionmu dengan sebaik mungkin. Saya dulu mendaftar YSEALI di bidang environmental issues karena memang passion saya di bidang lingkungan,” ungkapnya.
Afrizal juga membeberkan fakta bahwa ia harus menghadapi penolakan hingga empat kali untuk mewujudkan impiannya menjadi delegasi YSEALI. “Saya telah mencoba hingga empat kali dan gagal, akhirnya di percobaan kelima yaitu di tahun akhir perkuliahan, saya berhasil lolos menjadi delegasi YSEALI ke Amerika, bahkan di tahun berikutnya saya mampu mengikuti kegiatan ini untuk yang kedua kalinya,” terangnya.
Selama masa kegagalan tersebut Afrizal menjelaskan bahwa ia terus memperbaiki diri dengan menjadi lebih aktif dalam berorganisasi, salah satunya adalah dengan menjabat sebagai salah satu kepala departemen di Himpunan Mahasiswa Planologi (HMPL) ITS periode 2014-2015. Selain itu, ia juga semakin banyak mengumpulkan pengalaman di bidang konservasi lingkungan seperti urban farming, workshop, kampanye, hingga mengikuti kegiatan riset mengenai pengembangan pulau-pulau kecil berkelanjutan. “Lakukan hal-hal yang memiliki dampak yang baik bagi dirimu, terlebih lagi bagi lingkungan dan masyarakat sekitar. Semakin banyak kegiatan yang diikuti, semakin banyak pula hal yang bisa dituliskan ke dalam CV-mu,” jelasnya.(ion4/owi)
Kampus ITS, ITS News — Beberapa tradisi budaya masyarakat Indonesia bisa terancam punah akibat adanya beban pembiayaan kegiatan yang lebih
Kampus ITS, ITS News — Tak henti-hentinya, tim riset Nogogeni Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) kembali mencetak prestasi dalam ajang
Kampus ITS, ITS News — Menjawab tantangan perkembangan teknologi komunikasi masa kini, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) menghadirkan Program Studi
Kampus ITS, ITS News — Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) tak henti-hentinya melahirkan inovasi baru guna mendukung ekosistem halal di