Opini, ITS News – Akhir-akhir ini sering kita dengar istilah disruption dan 4.0th industrial revolution dibahas di seminar-seminar maupun diskusi di televisi. Banyaknya pembicaraan mengenai dua hal tersebut bahkan menutupi tantangan sesungguhnya yang kita hadapi sebagai bangsa maupun sebagai warga masyarakat global, yaitu tantangan untuk mengatasi perubahan iklim. Tantangan perubahan ikim adalah untuk mengubah kegiatan dan ekonomi dari brown economic atau ekonomi yang tinggi emisi menjadi green economic atau ekonomi yang rendah emisi.
Tantangan ini nyata karena masalah perubahan iklim juga semakin nyata kita hadapi sehari-hari. Saya menyebut sebagai tantangan untuk menjadi hijau atau green challenge!
Berbeda dengan disruption maupun 4.0th industrial revolution yang banyak menitikberatkan pada proses bisnis dan revolusi otomatisasi di bidang industri yang kemudian berkembang dan dikembangkan menjadi berbagai pseudo issue, perubahan iklim adalah peristiwa nyata yang bukan hanya menyangkut masalah alam dan lingkungan sekitar, tetapi juga aktivitas ekonomi manusia, kebijakan pemerintah, teknologi, dan bahkan budaya manusia.
Perjanjian Paris atau Paris Agreement yang telah ditandatangani oleh 195 negara di dunia adalah salah satu bukti pentingnya pencegahan perubahan iklim untuk dilakukan oleh semua bangsa di dunia. Pemerintah Indonesia dan hampir semua negara di dunia ini pun kemudian menerjemahkannya ke dalam berbagai kebijakan implementasi dan kebijakan pendanaan untuk melakukan aksi nyata berubah untuk mengubah pola pembangunan ke ekonomi hijau.
Kemudian yang menarik adalah tantangan hijau ini juga diamini dan ditindaklanjuti oleh banyak universitas, lembaga pendidikan, dan lembaga penelitian di dunia. Karena hal tersebut secara langsung mahasiswa akan terkena dampak perubahan iklim tersebut, namun sekaligus juga akan menjadi bahan pembelajaran yang sangat baik. Selanjutnya tentu mahasiswa, dosen beserta civitas academica lainnya diharapkan dapat melakukan berbagai inovasi dan temuan yang mampu untuk mengurangi dampak buruk perubahan iklim tersebut.
Dengan kata lain, para calon engineer dan sarjana diharapkan untuk dapat mempunyai pengetahuan dan melakukan integrasi berbagai aspek terkait perubahan iklim, semisal tentang pengembangan keberlanjutan, lingkungan, engineering, ekonomi, dan sosial untuk kemudian dapat menciptakan inovasi baru. Banyak universitas di dunia kemudian seakan berlomba untuk menciptakan inovasi baru terkait ekonomi hijau.
Dengan alasan tersebut saat ini dibutuhkan lebih banyak lagi ahli dan engineer yang mampu untuk mengubah pola brown economic yang sekarang menjadi green economic yang lebih bersih, efisien, rendah karbon, dan berkelanjutan, atau dengan kata lain ekonomi hijau. Universitas-universitas seperti Cambridge, MIT, Oxford, dan beberapa universitas ternama lainnya saat ini sedang berusaha sangat keras dan bersungguh-sungguh untuk menciptakan inovasi baru di dalam pencegahan perubahan iklim dan pengurangan dampaknya, baik dari sektor teknologi, ekonomi, maupun sosial.
Tentu ITS sebagai salah satu lembaga pendidikan papan atas di Indonesia mempunyai potensi untuk ikut membantu masyarakat dan bangsa Indonesia, bahkan dunia untuk implementasi ekonomi hijau. Teknik Elektro misalnya, akan bisa ikut berperan di dalam pengembangan pembangkit listrik energi terbarukan. Begitu juga Teknik Mesin yang mempunyai kapasitas dalam pengembangan konservasi energi, serta Teknik Fisika bisa menjadi sistem integrator untuk teknologi hijau.
Di samping itu, Arsitektur dan Teknik Sipil sangat mampu menciptakan berbagai inovasi untuk adaptasi perubahan iklim dan bangunan hijau. Termasuk juga Teknik Perkapalan dan Teknik Kelautan akan sangat mampu menciptakan kapal-kapal jenis baru yang dapat beradaptasi dengan iklim ekstrim, dan semua departemen maupun bidang studi di ITS bahkan mampu untuk menjadi agen-agen pembangunan yang siap membantu implementasi ekonomi hijau dan pembangunan berkelanjutan.
Haltersebut akan terwujud apabila didorong, difasilitasi, dimotivasi, dan dibangun bersama ekosistem yang sesuai dan baik. Saat ini yang diperlukan adalah upaya-upaya integrasi pengetahuan tentang perubahan iklim dan ekonomi hijau ini ke dalam pembelajaran dan penelitian-penelitian yang dilakukan oleh mahasiswa, dosen dan seluruh civitas academica lainnya.
Seperti kita ketahui bersama ITS mempunyai mahasiswa-mahasiswa yang cerdas, tangguh, dan berkesadaran tinggi dalam isu ini, beberapa bahkan telah berprestasi nasional dan internasional. ITS juga mempunyai alumni-alumni yang tangguh dan berkomitmen kuat dalam menjaga lingkungan dan pencegahan perubahan iklim. Salah satunya adalah Ibu Dr.(H.C.) Ir. Tri Rismaharini, M.T. yang sehari-hari dipanggil bu Risma, walikota Surabaya dengan segudang prestasi nasional dan internasional. Bu Risma telah berhasil dengan gemilang menata kota Surabaya dengan luar biasa sehingga lebih mampu beradaptasi dalam perubahan iklim, beliau memimpin Surabaya tidak hanya dengan kecerdasan, kekuatan saja, namun juga disertai kelembutan dan keluhuran seorang ibu.
Hari ini dan di masa-masa yang akan datang dibutuhkan ratusan dan mungkin ribuan Risma-Risma baru yang mampu menjawab tantangan hijau ini. Oleh sebab itu dibutuhkan integrasi pengetahuan tentang green challenge ini ke dalam bahan ajar dan pembelajaran mahasiswa di ITS, sehingga di dalam disiplin ilmunya masing-masing mahasiswa minimal mampu memahami isu dan masalah perubahan iklim, dan lebih jauh juga mampu berperan aktif membantu memecahkan masalah.
Ini memang akan menjadi salah satu PR besar di dalam pembenahan dan peningkatan kualitas ITS menjadi lembaga pendidikan bertaraf internasional, tantangan hijau ini layak untuk kita jawab karena merupakan bagian penting yang tak terpisah dari keunggulan dan keluhuran ITS. Lebih jauh kiprah dosen, tendik, dan para mahasiswa setelah lulus di masyarakat luas diharapkan akan menjadikan ITS tidak hanya menjadi menara pengetahuan tetapi juga memberi manfaat lebih banyak bagi bangsa, negara, dan dunia, Amin. Semoga Allah, Tuhan YME meridhoinya.
Prof. Dr. Ir. Aulia Siti Aisjah, MT
Guru Besar Departemen Teknik Fisika ITS
Bakal Calon Rektor ITS Periode 2019-2024
Kampus ITS, ITS News — Sejak ditemukan pada 1862, plastik telah digunakan secara masif di dunia dan telah melahirkan
Kampus ITS, ITS News — Proses pembuatan batik sebagai warisan tanah air seringkali melibatkan penggunaan zat pewarna sintetis yang
Kampus ITS, ITS News — Terdapat lebih dari 13.000 sumur minyak terbengkalai di Indonesia yang memiliki potensi sebagai sumber energi
Kampus ITS, ITS News — Dalam upaya memperkenalkan pentingnya sertifikasi halal, tim Kuliah Kerja Nyata pengabdian Masyarakat (KKN Abmas)