Kampus ITS, ITS News – Perhelatan Pagelaran Mahasiswa Nasional bidang Teknologi Informasi dan Komunikasi (Gemastik) ke-11 di Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya (ITS) resmi ditutup pada Sabtu (3/11) di Gedung Robotika ITS. Meskipun belum berhasil menjadi juara umum, deretan medali berhasil diamankan oleh beberapa delegasi ITS. Adalah Tim Kukangkung, salah satu tim yang berhasil menyabet medali emas bagi ITS, dalam kategori Desain Pengalaman Pengguna.
Berbekal aplikasi yang dinamai Bakulan, Tim yang beranggotakan Nur Laili Sholichah, Yasin Awwab, serta Muhammad Aldi Baihaqi dari Departemen Sistem Informasi angkatan 2015 ini mengangkat tema ketahanan pangan Indonesia. “Kami ingin mengurangi pemborosan makanan, dengan cara berbelanja sesuai kebutuhan,”tutur Laili Sholihah selaku ketua tim.
Menurut Laili, sapaan akrabnya, rumah tangga adalah salah satu sektor yang memegang peranan penting dalam membangun ketahanan pangan. Ia juga mengatakan, masalah yang kerap dihadapi oleh sektor rumah tangga adalah pemborosan bahan pangan. “Berangkat dari hal tersebut, kami mencoba merancang aplikasi yang dapat memudahkan pengguna untuk membeli kebutuhan pangan serta menakarnya pada jumlah yang sesuai,” terangnya.
Uniknya, aplikasi ini memanfaatkan kearifan lokal dengan melibatkan jasa tukang sayur dalam distribusi bahan makanan. Lewat aplikasi tersebut, pengguna dapat mengetahui waktu kedatangan tukang sayur secara akurat. “Kebanyakan aplikasi di Indonesia masih memanfaatkan kurir. Kami ingin mengangkat kearifan lokal yang dimiliki Indonesia sekaligus melestarikan keberadaan tukang sayur keliling,” tambah Yasin, salah satu anggota kelompok.
Laili menjelaskan, cara kerja aplikasi ini cukup mirip dengan ojek online, hanya saja komoditi yang ditawarkan dalam aplikasi ini adalah bahan pangan, khususnya sayur sayuran. Terdapat tiga fitur utama dalam aplikasi ini, yaitu detail resep, jumlah porsi, dan detail pengiriman. “Pengguna dapat memesan bahan makanan yang dibutuhkan, kemudian aplikasi ini akan mengukur jumlah kebutuhan makanan yang diperlukan,” jelasnya.
Laili mengaku, tantangan terbesar dalam penerapan aplikasi ini adalah target pengguna yang ternyata kurang familier dengan penggunaan gawai. “Aplikasi ini lebih banyak dipakai oleh kalangan ibu rumah tangga, ataupun pembantu rumah tangga yang jarang berinteraksi dengan gawai,” akunya.
Meski demikian, tantangan ini berhasil diatasi dengan baik oleh Tim Kukangkung. Laili mengaku, mereka telah mencoba menerapkan aplikasi Bakulan pada beberapa daerah seperti Waru, Sidoarjo, bahkan Malang. “Hasil survei menunjukan, seratus persen pengguna aplikasi mereka merasa nyaman dan terbantu berkat aplikasi tersebut,” kenangnya bangga.
Selain itu, Laili dan tim juga telah melakukan survei terhadap fitur tambahan yang mungkin dibutuhkan dalam pengembangan aplikasi kedepannya. “Kami telah membuat rencana pengembangan aplikasi selama setahun kedepan. Rencananya setiap tiga bulan sekali kami akan meninjau ulang fitur-fitur dalam aplikasi ini,” terangnya.
Ditanya mengenai perasaan mengikuti Gemastik 11, Laili mengaku tertantang dan senang karena timnya dapat lolos sebagai juara pertama dalam kategorinya. “Dalam melakukan penelitian, tiga metode yang kami gunakan memang cukup detail. Bisa jadi hal tersebut yang membuat juri tertarik,” pungkasnya. (fat/qi)
Kampus ITS, ITS News — Beberapa tradisi budaya masyarakat Indonesia bisa terancam punah akibat adanya beban pembiayaan kegiatan yang lebih
Kampus ITS, ITS News — Tak henti-hentinya, tim riset Nogogeni Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) kembali mencetak prestasi dalam ajang
Kampus ITS, ITS News — Menjawab tantangan perkembangan teknologi komunikasi masa kini, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) menghadirkan Program Studi
Kampus ITS, ITS News — Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) tak henti-hentinya melahirkan inovasi baru guna mendukung ekosistem halal di