Kampus ITS, ITS News – Kemacetan merupakan permasalahan pelik di kota-kota besar. Fenomena ini terjadi akibat adanya ketidakseimbangan antara volume kendaraan dengan kapasitas jalan yang disediakan. Dalam seminar internasional CITIES Conference bertajuk Spatial Economic Transport Interaction for Sustainable Development, salah satu pembicara kunci, Seno Pranata, mengusung topik Mass Rapid Transit (MRT) yang menurutnya mampu mengatasi fenomena kemacetan di Indonesia. Kegiatan ini dihelat pada Rabu (24/10), di Hotel Bumi, Surabaya.
Seno menjelaskan, berdasarkan data yang dihimpun oleh Study on Integrated Transportation Master Plan (SITRAMP II), Jakarta diprediksi akan mengalami kemacetan total pada tahun 2020. Hal tersebut terjadi karena pertumbuhan jalan kurang dari satu persen per tahun, sementara terdapat seribu kendaraan baru yang meluncur setiap hari di Ibukota. Kondisi tersebut jelas akan mempengaruhi mobilitas dan produktivitas masyarakat. “Kemacetan lalu lintas akan menyebabkan kerugian ekonomi sebesar 65 triliun, meliputi nilai waktu yang terbuang, biaya bahan bakar, dan biaya kesehatan,” terang Kepala Bagian Pengembangan Bisnis di PT MRT Jakarta.
Dengan mempertimbangkan kondisi tersebut, Ia berpendapat pembangunan proyek MRT merupakan salah satu solusi yang layak untuk mengurangi kepadatan lalu lintas. Terdapat tiga fungsi utama MRT yang perlu diperhatikan yaitu meningkatkan pembangunan infrastruktur dan kontruksi, sebagai pengembangan bisnis, dan meningkatkan operasi dan keseimbangan. “Saya yakin pembangunan MRT ini mampu mengalihkan kebiasaan masyarakat yang menggunakan kendaraan pribadi untuk beralih ke moda transportasi publik,” tuturnya optimis.
Selain itu, pemangkasan waktu tempuh dengan MRT diprediksi akan mempengaruhi peningkatkan mobilitas masyarakat. Dengan meningkatnya mobilitas, pertumbuhan ekonomi kota dan kualitas hidup warganya juga akan meningkat. “Aktivitas ekonomi sebuah kota tergantung seberapa mudah mobilitas warganya,” ujar lulusan Universitas Trisakti tersbeut.
Selama ini banyak warga yang memilih menggunakan kendaraan pribadi karena ketidaknyamanan yang disediakan oleh transportasi umum, misalnya lamanya waktu tunggu, serta kondisi angkutan yang tidak layak. “Dengan menggunakan MRT sebagai transportasi massal, diharapkan jumlah penumpang yang diangkut akan lebih banyak, serta rute yang dijangkau juga lebih luas,” tandasnya.
Keuntungan lainnya, apabila masyarakat banyak yang beralih menggunakan MRT maka tingkat polusi udara akan menurun. Hal ini dikarenakan intensitas penggunaan kendaraan bermotor yang memiliki andil besar dalam masalah polusi udara akan berkurang. “Kalau ada MRT, jumlah masyarakat yang memiliki kendaraan pribadi bisa berkurang, dengan begitu polusi udara juga ikut menurun,” ujar salah satu staf yang dulu bekerja di bawah PT Lippo Karawaci tersebut.
Lebih lanjut Seno menuturkan bahwa dalam mewujudkan kenyamanan mobilitas masyarakat tidak hanya berhenti pada penyediaan moda transportasi semata, namun perlu diimbangi dengan konsep pembangunan terpadu yang dapat memberikan kemudahan akses. “Misalnya penataan kawasan, arus penumpang, integrasi antar moda, hingga bangunan dan ruang publik yang tertata dan memberikan kenyamanan bagi masyarakat,” pungkasnya. (bel/qi)
Kampus ITS, ITS News — Beberapa tradisi budaya masyarakat Indonesia bisa terancam punah akibat adanya beban pembiayaan kegiatan yang lebih
Kampus ITS, ITS News — Tak henti-hentinya, tim riset Nogogeni Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) kembali mencetak prestasi dalam ajang
Kampus ITS, ITS News — Menjawab tantangan perkembangan teknologi komunikasi masa kini, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) menghadirkan Program Studi
Kampus ITS, ITS News — Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) tak henti-hentinya melahirkan inovasi baru guna mendukung ekosistem halal di