Lombok Utara, ITS News – Hunian sementara (huntara) Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya menjadi saksi bisu bagaimana masyarakat Desa Rempek Darussalam menjalani hari-harinya pascabencana. Gempa bumi yang mengguncang Lombok pada Agustus lalu meninggalkan berbagai kisah. Salah satunya kisah dari Repedip, seorang warga dari Desa Rempek Timur Darussalam yang juga merupakan penerima bantuan huntara ITS.
Repedip mengatakan, ia dan keluarganya merasa terbantu dengan adanya huntara ITS. Kendati ia harus kehilangan ibu kandungnya (78) akibat bencana gempa yang lalu, ia masih bersyukur karena masih diberikan kesempatan hidup. “Terima kasih karena kami dapat tempat yang layak untuk tinggal setelah ditinggalkan keluarga tercinta,” ucapnya lirih.
Repedip bercerita, sebelum mendapatkan bantuan huntara dari ITS, ia dan keluarga tidur di sebuah beruga (gazebo, red). Beruntungnya, tambah Repedip, beruga yang berdiri tepat di depan rumahnya tersebut sangat kokoh alhasil kerusakannya tidak terlalu parah. “Masih bisa dipakai lah, jadi sementara tinggal di beruga dulu saat itu,” bebernya kepada rekan media.
Tak hanya menyoal tempat tinggal, di Desa Rempek Timur Darussalam, Repedip pun mengeluhkan kurangnya pasokan air bersih. Sebab, menurutnya, banyak sumber mata air yang tersumbat akibat adanya longsor disebabkan gempa. “Untungnya ada Tim Relawan ITS yang membantu mengatasi masalah ini,” katanya.
Meskipun masih belum dapat bantuan secara maksimal, khususnya dari pemerintah daerah, Repedip mengaku sudah sangat senang dengan segala bantuan yang ada. Sebab, masih banyak warga yang tinggal beratapkan tenda di bekas-bekas reruntuhan. “Mudah-mudahan kita dapat dari bantuan lebih, utamanya dari pemerintah. Seperti rumah tetap atau uang untuk membangun rumah yang bisa dikeluarkan segera,” ucapnya penuh harap.
Dikatakan Zulkifli, Relawan ITS untuk Lombok, pernah terdapat kendala dalam menentukan siapa saja yang berhak mendapatkan huntara. Sebab dari desa seluas 800 hektare yang di dalamnya terdapat 1155 kepala keluarga, rupanya ada sekitar 900 warga yang mengajukan permohonan pembuatan huntara ITS.
Hingga pada akhirnya, lanjut Zulkifli, digunakan skala prioritas untuk menentukan siapa saja yang layak. Misalnya, warga yang rumahnya rusak total, lansia, berkebutuhan khusus, dan lain-lain. “Jadi kita benar-benar harus bisa dengan adil menentukan,” terang Zulkifli. Terhitung pada Minggu (4/11) terdapat 123 unit huntara yang berhasil dibangun dari total 323 huntara yang dananya telah siap. Khalayak yang ingin membantu ITS mewujudkan lebih banyak huntara dapat mengunjungi laman sites.its.ac.id/dr. (owi)
Kampus ITS, ITS News — Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) terus memantapkan komitmennya dalam berkontribusi menjaga lingkungan dengan mengurangi sampah
Kampus ITS, ITS News — Sejak ditemukan pada 1862, plastik telah digunakan secara masif di dunia dan telah melahirkan
Kampus ITS, ITS News — Proses pembuatan batik sebagai warisan tanah air seringkali melibatkan penggunaan zat pewarna sintetis yang
Kampus ITS, ITS News — Terdapat lebih dari 13.000 sumur minyak terbengkalai di Indonesia yang memiliki potensi sebagai sumber energi