ITS News

Sabtu, 23 November 2024
09 November 2018, 13:11

ARDC Soroti Efek Peraturan Bangunan pada Kreativitas Desain

Oleh : itsmis | | Source : -

(dari kiri ke kanan) Dr Ing Heru Wibowo , Yerianne C Haywood, Dr Ing Ir Bambang Soemardiono, dan Atrida Hadianti selaku pembicara pada ARDC 2018

Kampus ITS, ITS News – Besarnya pengaruh sebuah peraturan bangunan terhadap perkembangan dunia arsitektur, mendorong Departemen Arsitektur Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya menggelar simposium internasional Architectural Research and Design Conference (ARDC) 2018 di Hotel Bumi Surabaya, Kamis (8/11). Kali ini, ARDC 2018 mengangkat tema Do Design Codes Have an Impact to Innovation or Design Creativity?

Menurut Angger Sukma Mahendra ST MT selaku ketua pelaksana, tema tersebut sengaja dipilih lantaran peraturan bangunan memiliki pengaruh yang besar terhadap dunia arsitektur mulai dari tahap perencanaan, pembangunan, maupun pengawasan bangunan. “Pada gelaran yang diadakan untuk kali ke-10 ini, ARDC juga berfokus pada pembahasan urban design atau desain perkotaan,” jelasnya.

Perancangan berkelanjutan pada skala kota saat ini, lanjutnya, menjadi salah satu aspek yang mulai diperhatikan oleh beberapa kota di Indonesia. Hal tersebut lantaran urban design turut berpengaruh pada aspek lain seperti ekonomi, sosial, pendidikan, dan lain-lain.

Saat ini, inovasi dan kreativitas arsitek dalam mendesain bangunan maupun kota menemui tantangan baru, yaitu adanya beberapa peraturan yang bersifat mengikat. Building codes (peraturan bangunan) tersebut memiliki beberapa efek dalam dunia desain dan arsitektur. Antara lain gaya desain yang akan terlihat homogen, kurangnya identitas, serta kurang tanggap dalam merespon perkembangan desain.

Salah seorang pembicara, Dr Ing Ir Heru Wibowo Poerbo MURP, mengungkapkan jika perencanaan tata ruang maupun peraturan bangunan sebenarnya bertujuan untuk menjaga keteraturan, keamanan, keselamatan, dan kenyamanan.

Atrida Hadianti saat menyampaikan materi

Menurut dosen Institut Teknologi Bandung (ITB) tersebut, beberapa building codes yang diadaptasi dari negara barat kurang sesuai dengan kondisi di Indonesia karena perbedaan kondisi lingkungan, alam, serta teknologi. “Oleh karenanya dibutuhkan regulasi yang telah disesuaikan dengan konteks lokal di Indonesia,” ujar Heru.

Heru juga menyinggung masalah peraturan bangunan di daerah wisata seperti Yogyakarta, Bali, Bandung, dan lain-lain. Menurutnya, saat ini dibutuhkan keseimbangan antara desain tradisional dan modern untuk menciptakan citra bangunan yang dapat diterima oleh khalayak luas.

Sementara itu, Prof Sung Hong Kim dari Universitas Seoul, Korea Selatan mengungkapkan, jika larangan dan batasan yang diatur dalam building codes justru dapat memicu kreativitas. “Arsitek dan desainer harus dapat menciptakan solusi desain yang mampu mengakomodasi kebutuhan manusia, namun tetap sesuai dengan aturan yang ada,” tuturnya.

Sedangkan, pembicara lain yang juga dosen Arsitektur ITS, Dr Ing Ir Bambang Soemardiono, menjelaskan jika konsep desain infill yang memadukan bangunan bersejarah dengan bangunan baru dapat pula menjadi solusi untuk menciptakan harmoni pada desain.

Acara ARDC 2018 ini juga dihadiri oleh pembicara yang berasal dari berbagai universitas di Indonesia seperti UGM, ITB, Universitas Bengkulu, Universitas Tarumanegara, dan lain-lain. (wim/HUMAS ITS)

Kepala Departemen dan dosen Arsitektur ITS berfoto bersama pembicara ARDC 2018

Berita Terkait