Kampus ITS, ITS News –Surveyor merupakan ujung tombaknya penelitian. Kapabilitas surveyor menentukan validitas data sehingga berimbas pada penelitian yang dilakukan. Setidaknya begitulah menurut koordinator Pusat Studi Daerah dan Pemberdayaan Masyarakat (PDPM) Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), Dr Sutikno M Si. Untuk itu pada Jumat (2/11), PDPM ITS memberikan pelatihan surveyor untuk mencari kader baru dan ikut andil dalam penelitian mereka ke depannya.
Menurut Sutikno, ada banyak sekali surveyor di Indonesia, namun jumlah surveyor yang handal dapat dihitung jari. Menurutnya, surveyor handal harus memiliki kriteria jujur, santun, bertanggung jawab, memiliki daya tahan tinggi, telaten, sabar, serta mampu berkomunikasi dengan baik. “Sealain itu tentu saja responsif terhadap jawaban responden maupun situasi, dan menikmati pekerjaannya sendiri,” ujar dosen Departemen Statistika tersebut.
Mengingat survei sering dilakukan secara berkelompok, Sutikno menambahkan para pencari data juga harus mampu bekerjasama dalam tim. Khususnya di daerah konflik dan pedalaman, surveyor harus bisa saling membantu pekerjaan teman satu timnya. Jika yang satu tersendat, maka yang lain akan ikut terlambat. “Selain itu kerjasama tim antara surveyor, tenaga, ahli, dan pengolah data juga menentukan kesuksesan dari penelitian yang kita jalani bersama,”tuturnya.
Selain memiliki kemampuan mempuni, seorang pengumpul data juga harus memiliki etika ketika sedang berada di lapangan. Sutikno menyebutkan pencari data harus mampu bersikap berdasarkan latar belakang dan karakter responden. Misalkan ketika sedang melakukan survei di daerah konflik pembebasan lahan, surveyor harus sangat berhati-hati dalam menjaga sikap dan perkataan agar tidak menyinggung maupun memancing amarah warga. “Jika kita menghargai responden, maka responden akan rela memberikan data yang valid. Data yang valid dan benar inilah yang kita cari, bukan hanya sekedar kertas kuesioner yang terisi penuh,” tegasnya.
Sementara itu Novianti Ika Sari, salah satu pembicara mengatakan, saat mengumpulkan data seorang surveyor wajib berlaku netral dan tidak menjadi sumber bias dalam survei, seperti menggiring opini narasumber. Hal ini sangat fatal karena dapat membuat data yang didapatkan tidak valid. Selain itu, sumber bias juga dapat berasal dari responden yang tidak menjawab dengan jujur ataupun tidak rela. Oleh karenanya, selain fokus mendapatkan informasi, surveyor juga dituntut untuk lihai dalam membaca keadaan narasumber.
Ir Lantip Trisunarno MT, dosen Departemen Teknik Industri menambahkan, ke depannya surveyor dituntut untuk memiliki kompetensi yang mumpuni, terutama untuk menjawab research question. Untuk itu pengetahuan terkati survei saja tidak cukup. “Pencari data juga harus memiliki skill tersendiri seperti kemampuan komunikasi, berinteraksi dengan berbagai kalangan, membaca situasi, merayu, dan lainnya. Kemampuan ini akan terasah setiap kali ia terjun ke lapangan. Selain itu surveyor juga wajib mencerminkan sikap yang baik,” jelasnya. (mia/mik)
Kampus ITS, ITS News — Beberapa tradisi budaya masyarakat Indonesia bisa terancam punah akibat adanya beban pembiayaan kegiatan yang lebih
Kampus ITS, ITS News — Tak henti-hentinya, tim riset Nogogeni Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) kembali mencetak prestasi dalam ajang
Kampus ITS, ITS News — Menjawab tantangan perkembangan teknologi komunikasi masa kini, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) menghadirkan Program Studi
Kampus ITS, ITS News — Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) tak henti-hentinya melahirkan inovasi baru guna mendukung ekosistem halal di